Selamat Bergabung

Kadang-kadang usilnya nggak ketulungan..tapi kadang-kadang,jahilnya kebangetan.Penuh canda tawa,suka duka dan kebersamaan diantara mereka selama 3 tahun ini.Dibumbui kisah persahabatan dan juga percikan asmara.Bagaimana jadinya?

Banner this blog

Sabtu, 22 Oktober 2011

MALAIKAT TRAINING (Finalis Cerpen ajang Fantasy Fiesta 2011)

Selamat siang Gokilers...
posting kali ini spesial,bukan lanjutan chapter 25,melainkan cerpen spesial yang diikutkan dalam ajang Fantasy Fiesta 2011.semoga terhibur..
Created by : Vicko Silvando



MALAIKAT  TRAINING


Zaman sekarang kamu masih percaya pada malaikat tidak? Nggak sedikit yang meragukan kehadiran kami. Bahkan nggak sedikit juga yang percaya dan kemudian berharap punya malaikat yang akan membantu mereka menghadapi dilema dan problematika hidup ini. Karna hidup ini keras bung! Yeah.
Dan perkenalkan, Aku adalah seorang malaikat dari dimensi dunia lain. Namaku Adit atau biasa dipanggil ‘Malaikat tak bersayap’. Julukan itu begitu saja muncul lantaran aku nggak punya sayap. Sayapku diambil oleh Raja Malaikat karna aku pernah berbuat sebuah kesalahan besar yang menurut bangsa kami itu dilarang. Bahkan, hampir saja aku mau dilempar ke jurang penderitaan dunia, yaitu lahir sebagai manusia. 

Kenapa aku menyebutnya sebagai jurang penderitaan? Karna sifat dari kebanyakan manusia itu sendirilah yang membuat mereka menderita. Tapi aku tak menyebutkan semua manusia seperti itu, mungkin masih ada manusia lain yang masih punya segudang kebaikan. Untungnya kali ini aku masih diberi kesempatan satu kali lagi untuk menjaga reputasi malaikat dan aku tidak akan menyia-nyiakannya.

Bicara soal dunia malaikat aku ingin memberikan sedikit informasi saja tentang jenjang malaikat. Oke.. 

Pertama-tama aku akan memberikan informasi tentang diri sendiri dulu. Aku adalah malaikat jenjang tiga sebenarnya, sayangnya karna kesalahan besar itu (yang juga membuat aku hampir dihukum), aku turun pangkat lagi menjadi malaikat training. Maka, sukseslah sayapku disita untuk sementara. Sebenernya, sakit banget rasanya jikalau aku harus kehilangan sayap ini, tapi apa daya diriku ini, aku hanyalah seorang malaikat jenjang tiga yang akhirnya malah diturunkan lagi menjadi malaikat training. Kisah hidupku memang sangat memilukan.Tapi aku terus berusaha tegar menghadapinya, karena aku yakin suatu saat nanti aku akan jadi senior malaikat yang melegenda di dunia permalaikatan ini.

Sebagai informasi saja, jenjang tertinggi dalam dunia kami yaitu senior malaikat atau sejajar dengan jenjang 50. Bayangkan saja, saat ini saja aku masih berada jenjang 1, kapan bisa mencapai jenjang 50? Sedihnya hidup ini.

Bicara soal tugas pekerjaan malaikat, sudah 6 polo ini aku tidak mendapatkan tugas sama sekali, kalau begini terus kapan aku bisa naik jenjang? Oh yah bicara soal polo, kalau dalam dunia manusia, Polo itu sama dengan Bulan. Jadi aku sudah menganggur selama 6 bulan. Kerjaanku selama itu hanya makan-tidur-makan saja.

Pagi-pagi buta ini aku dibangunkan alarm terompet sebesar sedan yang berbunyi dengan sangat kencang. Tak tahu kenapa aku alarm setiap malaikat bisa sebesar itu, setiap itu berbunyi sungguh membuat sakit telinga.Aku sendiri sih yang mengaturnya untuk berbunyi lebih awal soalnya hari ini ada pembagian job baru untuk malaikat tingkat training makanya aku bisa bangun lebih awal dari biasanya.Semua malaikat yang berkumpul adalah para malaikat pemula kecuali aku. Malaikat pemula bisa saja berasal dari manusia yang tulus hatinya ataupun makhluk hidup lain yang dianggap layak dan pantas untuk menjadi malaikat.

Akhirnya aku pun bergegas pergi ke ‘The Grand Angel Auditorium’ ini adalah sebuah tempat untuk mengumumkan berbagai hal. Tempatnya lumayan luas dengan tiang-tiang raksasa memanjang disepanjang koridornya. Akupun lantas berbaris diantara para Malaikat Training lainnya. Setelah lama menunggu antrian akhirnya tiba juga giliranku.

“Malaikat Training Adit.”

“Ya”  Ujarku menjawab.

“Sebenarnya, ini bukan tugas kamu. Tapi karna para malaikat lain sedang punya job lain, maka job ini kuserahkan padamu.”

Apa maksudnya coba bicara seperti itu padaku? Apa ingin membuat martabatku yang sudah jatuh ini jadi makin jatuh lagi. Tapi ya sudahlah. Life must go on..Asyikk..

“Apa tugas saya Senior?”

“Tugas kamu dapat kamu lihat dalam lembaran kertas ini. Baca peraturannya dengan cermat. Baru setelah itu kamu bisa kembalikan kontrak ini kembali lagi kesini beserta tandatanganmu”

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung nyelonong tandatanganin saja nih kertas kontrak. Dan dengan senyuman teramat lebar (sampai-sampai lalat saja bisa masuk mungkin), aku pun menyerahkan kertas itu pada Senior malaikat itu lagi.

“Sudah kamu baca?”

“Belum.”

“Terus kenapa kamu kembalikan begini cepat?”

“Saya terlalu senang Senior.”

“Kamu memang ceroboh. Sudah… Pergi sana.”

Besok aku resmi bertugas. Tapi aku saja belum tahu apa tugasku, namun yang pasti aku pasti bisa menikmatinya dan akan berusaha yang terbaik. Karna sudah lama juga aku nganggur tidak ada kerjaan. Luntang-lantung di dunia permalaikatan. Kalau di dunia manusia mungkin biasa dikenal dengan Gembel Permalaikatan.

Sabtu, 15 Oktober 2011

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 35)


“Aduh...” Sosok itu tiba-tiba mengeluh.

Bodo ah, siapa suruh ngagetin gw malem-malem kayak gini, untung cuma gw jorokin doing, kalau gw kalap tadi gimana, kalau gw lempar pake bebatuan yang ada di sekitar gw gimana? Kalau gw spontan gelindingin ke jurang gimana.

“Aduh.. Lu kok jorokin gw sih.”

“Maap Kak, reaksi spontan dari orang yang kaget.”

“Reaksi spontan apanya? Sakit tau. Gw kan lagi nyamar jadi Kunti, lu malah jorokin gw.”

“Katanya nggak boleh pake gw elu gw elu disini, kok Kakak ngomong kayak gitu sih?”

“Ini.. Reaksi spontan dari orang yang marah.”

“Reaksi marah apanya?” Ujar gw pelan.

“Lu bilang apaan?”

“Nggak ada kok. Kakak masih marah yah? Masih pake Lu Lu kayak gitu.”

“Iya.. Aku nggak marah lagi. Udah bener kan sekarang?”

“Lumayan... Lumayan…”

“Ngomong-ngomong, nama kamu siapa? Kok nggak kayak orang-orang sih?”

“Nggak kayak orang-orang gimana? Punya dua mata, satu hidung, satu mulut, dua telinga, plus ganteng lagi. Haduh, gimana sih Kakak ini?”

“Idih.. Narsis krisis kamu mah.”

Nggak  tau kenapa, akhirnya, gw mulai ngobrol-ngobrol ama nih Kunti jadi-jadian.

“Oh yah Kak, kalau nggak dandan jadi Kunti gini, apa muka Kakak juga seserem ini?”

“Ya enggaklah, memangnya kamu pikir, Kakak ini mirip Kunti beneran.”

“Mirip.”

“Idih, resek nih kamu. Udah ah, lanjutin aja sana perjalananmu. Semangat terus yah.”

“Ya udah kalau gitu, diriku yang unyu ini sudah nggak diharapkan lagi kehadirannya disini. Aku akan pergi 
meninggalkanmu sendirian di hutan yang sunyi ini.”

“Jangan pergi… Jangan kau pergi… Ku tak ingin sendiri..” Si Kakak OSIS ini malah nyanyi-nyanyi lagu D’nasib, eh, maksudnya D’massiv.

Akhirnya, gw ama Kakak OSIS setengah nggak waras ini malah cekikikan berdua berkat tindakan aneh bin ajaib kami ini. Tak lama kemudian gw pun melanjutkan lagi perjalanan gw yang sempet tertunda ini seraya melambaikan kedua tangan gw ini sebagai tanda perpisahan dengan Kakak Kunti itu.

Baru sekitar 50 Meter berjalan meninggalkannya, gw malah ketemu yang aneh-aneh lagi, ada cewek yang diem dibawah pohon, wajahnya nggak kelihatan berkat untaian rambutpanjang yang menutupi wajahnya. Pasti ini salah satu Kakak OSIS iseng yang pengen ngerjain kami lagi nih.
Akhirnya gw samperin aja dengan santai, eh malah, suaranya jadi terdengar seperti menangis, perlahan gw ngedeket ke arah dia.

“Kak… Kenapa nangis? Nggak baik lo nangis malem-malem, kayak Kunti aja pake acara nangis-nangisan segala, sebelumnya juga ada Kunti disana, cuma jadi-jadian sih, sama aja kayak Kakak kan. Udah, nggak usah nakut-nakutin saya gitu, saya mah kebal Kak orangnya, jadi percuma aja nakut-nakutin saya.”

Karna nggak ada respon, gw terusin aja perjalanan gw. Nggak mau ganggu ah totalitas perannya gitu sebagai Kunti.

Pada akhirnya, gw sampe ke post kedua, nah, disitu gw langsung ditodong jawaban atas pertanyaan kuis yang pertama tadi. Dengan tak lupa, omelan duluan yang mendarat ke telinga gw.

“Kok lama banget sih, udah hampir sejaman, kamu baru nyampe disini, kerjanya apa saja sih?”

“Banyak sih Kak, tadi itu, saya ngobrol-ngobrol ama Kakak Kunti yang tiba-tiba ngagetin saya, terus karna reaksi spontan orang yang kaget, saya jorokin aja tuh Kunti ampe jatoh. Eh, ama dia malah keterusan ngobrol.”

“Udah-udah.. Sekarang, kamu jawab kuis yang tadi itu.”

“Kak.. Pertanyaannya nggak ada yang lain yah?”

“Emangnya kenapa?”

“Ngelihat Burung Onta secara langsung saja saya nggak pernah, jadi saya mana tahu kalau malu dia ngapain. Saya juga nggak melihara Burung Onta, jadi mana saya tahu kayak gimana kalau dia malu.”

“Hadeh… Kamu ngomong apa ngomong? Cepet banget sih ngomongnya. Mana ngelantur lagi, emang kamu pikir ini ajang lucu-lucuam apa, kamu jawab aja yang bener, nggak usah ngelantur-ngelantur sembarangan gitu.”

“Kakaknya sensi amat sih, lagi dapet kali yah.” Ujar gw menggerutu pelan.

“Apa kamu bilang?”

“Nggak ada kok.” Ujar gw memaksakan senyum di depannya.

“Sekarang… Jawab aja pertanyaannya gitu, jangan bikin naik darah yah.”

“Menurut saya, jawabannya adalah …. Hmmm… Hmmm… Hmmm… Hmmm… Apa ya?”

“Malah nanya balik, cepet jawab, nggak pake Hem-heman.”

“Salah aja deh. Bener nggak jawaban saya Kak?”

“Iya bener. Alasannya apa?”

“Cuma nebak doang. Emangnya nggak boleh? Kan pilihannya, cuma betul atau salah, kalau nggak salah yah betul, kalau nggak betul, yah salah. Memangnya perlu alasan gitu? Misalnya nih yah Kak, Budi makan karena lapar. Terus jawabannya pasti betul dong, nggak mungkin salah. Nah, masa ditanya, kenapa Budi lapar?”

“Hadeh… Bikin jantung kumat kalau ngomong sama kamu.”

“Hah? Kakak punya penyakit jantung? Bahaya tuh Kak, tetangga saya ada yang meninggal seketika gara-gara terkena serangan jantung mendadak.”

“Kamu nyumpahin saya? Lagipula, saya nggak punya penyakit jantung. Itu cuma istilah atau pengandaian saja. Saya nggak mau tahu yah, sekarang kasih alasannya.”

“Iya.. Iya.. Karna nih Kak yah, hmmm… Menurut saya, kalau Burung Onta masukin kepalanya ke tanah itu, nggak keburu kalau dia malu. Kalau dia langsung masukin aja tuh kepalanya ke tanah, kan keras tuh tanahnya. Kesian kepalanya entar, entar malah dia amnesia lagi karna benturannya itu.”

“Terus, kalau dia malu, dia ngapain dong?”

“Kalau dia malu, tinggal lari aja, nggak usah dipeduliin yang ngelihat dia, iya nggak sih?”
Tak lama berselang, akhirnya gw pun beranjak dari post kedua dengan meninggalkan kekasalan mendalam mungkin pada penghuninya, maafin Alex yah. Nggak bermaksud gitu kok, Hihihi.

Dari pos kedua, gw juga dapet kuis yang meribetkan pikiran, lah, nanya-nanya ke gw yang aneh-aneh, masa pertanyaannya, ‘Siapa manusia yang pertama kali mendarat ke Bulan?’, mana gw tau. Nggak deh, pertanyaannya itu ‘Lebih banyak anak laki-laki atau perempuan yang kidal?’

Nah, aneh kan, mana gw tau lebih banyak mana, ada-ada aja nih pertanyaannya. Nanya yang enggak-enggak, kalau nanya tuh yang mudah-mudah dong, misalnya, siapa manusia kedua yang mendarat di bulan? Siapa hayo? Pada nggak tahu kan, sama… Gw juga nggak tahu.

Sampai di pos ketiga, gw pun menjawab sesuai dengan pemikiran gw.

“Menurut saya nih Kak (Berlagak dengan gaya Sotoi bin menyebalkan), kayaknya lebih banyak anak laki-laki deh yang kidal daripada anak perempuan, soalnya nih, temen laki-laki saya ada 2 orang yang kidal, sementara  temen cewek saya nggak ada yang kidal, jadi, berdasarkan asumsi itu, saya menyatakan dan mendeklarasikan, kalau, anak cowok lebih banyak kidal dibanding anak cewek.”

Ternyata, jawaban gw bener lagi, nggak nyangka kalau gw bakal sepinter ini, Emak ama Babe di rumah pasti bangga banget punya anak kayak aye.
Di Pos ketiga,  gw dapet pertanyaan yang mengejutkan tiap nadi dan darah yang mengaliri tubuh gw ini. 

Gimana nggak mengejutkan dan membikin shock diri  yang tak berdaya ini,

“Siapa manusia kedua yang mendarat di Bulan?”

 
Bersambung ...