Selamat Bergabung

Kadang-kadang usilnya nggak ketulungan..tapi kadang-kadang,jahilnya kebangetan.Penuh canda tawa,suka duka dan kebersamaan diantara mereka selama 3 tahun ini.Dibumbui kisah persahabatan dan juga percikan asmara.Bagaimana jadinya?

Banner this blog

Selasa, 20 Desember 2011

Warna-Warni Kisah Putih Abu-Abuku JILID # 40


Sesampainya di rumah, gw langsung jadi pusat perhatian keluarga gw dengan penampilan baru gw ini. Nggak nyangka juga, insiden tadi membawa himah yang lumayan bikin gw jadi makin pede. Gawat nih, kalau biasanya aja, malunya udah hampir ilang, dengan penampilan baru ini, jangan sampai buat malu gw bener-bener ilang. Hihihi..

“Makin cakep nih anak Mama yang satu ini.” Ujar Nyokap gw memuji. Gw jadi tersipu-sipu ampe mau gigit tembok dibilang makin cakep. Kalau biasanya aja cakepnya udah almost perfect, dengan penampilan yang sekarang, udah jadi over perfect kali yah *DilemparGolok

Warna-Warni Kisah Putih Abu-Abuku JILID # 39


Setelah mendapatkan pengampunan dari kepala suku, eh maksudnya kepsek di sekolah gw, gw ama Ferdi pun balik ke kelas.

Baru sampe di depan pintu aja, langsung di sambut dengan razia. Gaswat neh, RAZIA. Razia rambut dan kuku panjang buat cowok dan razia rok pendek buat cewek. Padahal pulang ini gw baru berencana potong rambut loh. Kenapa oh kenapa? Momentnya amat sangat nggak pas sekali. Rambut gw pasti kena nih.

“Gimana nih Bob? Matilah kita kalau kena razia. Rambut lu apalagi tuh, panjang banget.”

“Tumben lu manggil gw Bob, biasanya juga Lex.”

“Lagi pengen saja. Kenapa? Ga boleh.”

“Boleh aja sih.”

“Kalau gitu, mulai sekarang gw panggil lu Bob aja deh.”

“Terserah lu aja.”

“Bukan saat yang tepat nih ngomong kayak begini.”

“Iya gw tau. Terus kita mesti gimana dong? Kita ngumpet di WC aja yuk.”

“Ya udah buaruan, sebelum di lihat ama guru-guru itu.”

***

“Mesti nunggu berapa lama lagi nih Fer?”

“Berapa lama lagi yah? 10 menit lagi deh kita balik.”

Pintu Toilet terbuka. Sebuah sosok muncul dari balik pintu. Gw berharap itu bukan sosok kuntilanak yang lagi nyari mangsa di siang bolong.

Kamis, 17 November 2011

Warna-Warni Kisah Putih Abu-Abuku Jilid #38





Tahu nggak siapa yang paling ditakutin di sekolahan gw? Tak lain dan tak bukan adalah kepala sekolah kami sendiri. Nggak makai dasi aja takutnya bukan main kalau ampe kepergok sama kepsek kami ini, apalagi kalau sampai ketahuan bolos kayak gini. Ini mah namanya celaka tigabelas. Mending loncat dari jurang deh daripada ketangkep basah.
Kami semua hanya bisa mesem-mesem kayak orang lagi nahan boker begitu ngelihat sosok kepsek kami yang ‘ramah’ itu. Apa yang bisa kami perbuat selain senyum-senyum menjijikan kayak gini coba?

Alhasil, kita semua langsung di suruh masuk ruang ber-ac. Ini nah kalau ibaratkan kata pepatah. “Lepas dari kandang buaya masuk ke kandang harimau”. Bukan maksud ngatain bapak loh pak. Nggak maskud nyama-nyamain, suer kok pak!

Kita pun masuk ke ruangan paling disegani satu sekolahan itu.

“Kalian sudah jagoan berani bolos upacara seperti ini?”

Warna-Warni Kisah Putih Abu-Abuku Jilid #37


 Hal pertama yang mau gw lakuin di rumah adalah tidur, tidur, dan tidur. Nggak ada kata lain yang cocok mewakili hati dan perasaan ini untuk kegiatan yang satu ini. Tapi nih otak gw nggak mau kompromi, gw mesti mandi dulu sebelum tidur. Seperti ada perintah otomatis dari otak gw untuk meresetnya. Secapek dan selelah apapun, pokoknya gw mesti tidur dulu baru bisa tidur. Oh God, terima kasih atas berkat dan rahmatmu karena besok kami yang ikut kegiatan ini dapet dispensasi libur sehari. Gw nggak bisa ngebayangin apa yang bakal terjadi jika gw dan yang lain gak dapetin dispensasi itu. 

Pasti bakal loyo bin lemah lunglai seharian di sekolah. Kayak orang yang maksa jalan, tapi ternyata orangnya nggak punya tolong, lah bagaimana bisa jalan? Abaikan yang satu ini.

Setelah mandi gw langsung menemui guling dan bantak gw di kamar. Kira-kira sesaat kemdian gw langsung nggak sadarkan diri. Semuanya jadi gelap. Nikmatnya tidur ini.

“Bob… Bob.. Bangun.. Makan dulu.”

Suara itu samar-samar gw dengarkan, dan tak lama, ketika sadar ini masih belum beranjak sepenuhnya, gw ngelihat sosok nyokap gw yang lagi goyang-goyangin badan gw buat ngajak makan dulu.

“Ga laper Ma. Besok aja yah.” gw bergumam seadanya.

“Ayo bangun.” Suara nyokap mulai melengking.

Selasa, 15 November 2011

Warna-Warni Kisah Putih Abu-Abuku JiILID #36


Mbok kenapa dia ngambil pertanyaan khayalan gw gitu, siapa manusia kedua yang mendarat di bulan? Yang gw tau kan, si Alexander Grahambell doang yang nemuin Telephone. Lah, napa nyambung ke Telepon. Kan lagi ngomongin Bulan, di Bulan kan nggak ada telepon. Ckckck..

Yang gw tahu kan si Neil Amstrong doang, manusia pertama yang mendarat di Bulan, kalau manusia kedua yang ngedarat di sana mana gw tahu. Di sejarah kan nggak ada itu (Koreksi kalau ada yah XD).

Kayaknya sih temen-temen seperjuangan Neil Amstrong kali yah yang mendarat kedua, ketiga dan keempat di bulan sono. Tapi, namanya siapa? Kayaknya nggak ada yang tahu juga. Pertanyaan yang susah, ngasih pertanyaan  tuh yang ringan-ringan aja kenapa. Tadi minta yang berbobot, sekarang  minta yang ringan, maunya apa sih gw? #Plakk

Sepanjang perjalanan menuju ke pos keempat, gw terus berpikir keras. Tapi akhirnya, kekerasan pikiran gw itu jadi lunak juga. Yah, bahasa umumnya ‘nyerah’. Hihihi

Sampailah gw di pos keempat setelah beberapa saat berjalan. Dan gw langsung di berondong pertanyaan bertubi-tubi tanpa henti. Mulai dari pertanyaan simple kenapa mau masuk OSIS, apa latar belakangnya, Tujuannya apa, Udah punya pacar belum, Eh yang terakhir gak deh. Hehe…

Setelah gw membeberkan jawaban yang keluar dari lubuk hati gw yang paling dalem itu, Kakak-Kakak OSIS yang ngedengerin manggut-manggut aja sambil sesekali nanya balik jawaban gw yang agak-agak 
nyeleneh.

“Temennya mereka itu cewek apa cowok? Atau jangan-jangan banci?”

Sabtu, 22 Oktober 2011

MALAIKAT TRAINING (Finalis Cerpen ajang Fantasy Fiesta 2011)

Selamat siang Gokilers...
posting kali ini spesial,bukan lanjutan chapter 25,melainkan cerpen spesial yang diikutkan dalam ajang Fantasy Fiesta 2011.semoga terhibur..
Created by : Vicko Silvando



MALAIKAT  TRAINING


Zaman sekarang kamu masih percaya pada malaikat tidak? Nggak sedikit yang meragukan kehadiran kami. Bahkan nggak sedikit juga yang percaya dan kemudian berharap punya malaikat yang akan membantu mereka menghadapi dilema dan problematika hidup ini. Karna hidup ini keras bung! Yeah.
Dan perkenalkan, Aku adalah seorang malaikat dari dimensi dunia lain. Namaku Adit atau biasa dipanggil ‘Malaikat tak bersayap’. Julukan itu begitu saja muncul lantaran aku nggak punya sayap. Sayapku diambil oleh Raja Malaikat karna aku pernah berbuat sebuah kesalahan besar yang menurut bangsa kami itu dilarang. Bahkan, hampir saja aku mau dilempar ke jurang penderitaan dunia, yaitu lahir sebagai manusia. 

Kenapa aku menyebutnya sebagai jurang penderitaan? Karna sifat dari kebanyakan manusia itu sendirilah yang membuat mereka menderita. Tapi aku tak menyebutkan semua manusia seperti itu, mungkin masih ada manusia lain yang masih punya segudang kebaikan. Untungnya kali ini aku masih diberi kesempatan satu kali lagi untuk menjaga reputasi malaikat dan aku tidak akan menyia-nyiakannya.

Bicara soal dunia malaikat aku ingin memberikan sedikit informasi saja tentang jenjang malaikat. Oke.. 

Pertama-tama aku akan memberikan informasi tentang diri sendiri dulu. Aku adalah malaikat jenjang tiga sebenarnya, sayangnya karna kesalahan besar itu (yang juga membuat aku hampir dihukum), aku turun pangkat lagi menjadi malaikat training. Maka, sukseslah sayapku disita untuk sementara. Sebenernya, sakit banget rasanya jikalau aku harus kehilangan sayap ini, tapi apa daya diriku ini, aku hanyalah seorang malaikat jenjang tiga yang akhirnya malah diturunkan lagi menjadi malaikat training. Kisah hidupku memang sangat memilukan.Tapi aku terus berusaha tegar menghadapinya, karena aku yakin suatu saat nanti aku akan jadi senior malaikat yang melegenda di dunia permalaikatan ini.

Sebagai informasi saja, jenjang tertinggi dalam dunia kami yaitu senior malaikat atau sejajar dengan jenjang 50. Bayangkan saja, saat ini saja aku masih berada jenjang 1, kapan bisa mencapai jenjang 50? Sedihnya hidup ini.

Bicara soal tugas pekerjaan malaikat, sudah 6 polo ini aku tidak mendapatkan tugas sama sekali, kalau begini terus kapan aku bisa naik jenjang? Oh yah bicara soal polo, kalau dalam dunia manusia, Polo itu sama dengan Bulan. Jadi aku sudah menganggur selama 6 bulan. Kerjaanku selama itu hanya makan-tidur-makan saja.

Pagi-pagi buta ini aku dibangunkan alarm terompet sebesar sedan yang berbunyi dengan sangat kencang. Tak tahu kenapa aku alarm setiap malaikat bisa sebesar itu, setiap itu berbunyi sungguh membuat sakit telinga.Aku sendiri sih yang mengaturnya untuk berbunyi lebih awal soalnya hari ini ada pembagian job baru untuk malaikat tingkat training makanya aku bisa bangun lebih awal dari biasanya.Semua malaikat yang berkumpul adalah para malaikat pemula kecuali aku. Malaikat pemula bisa saja berasal dari manusia yang tulus hatinya ataupun makhluk hidup lain yang dianggap layak dan pantas untuk menjadi malaikat.

Akhirnya aku pun bergegas pergi ke ‘The Grand Angel Auditorium’ ini adalah sebuah tempat untuk mengumumkan berbagai hal. Tempatnya lumayan luas dengan tiang-tiang raksasa memanjang disepanjang koridornya. Akupun lantas berbaris diantara para Malaikat Training lainnya. Setelah lama menunggu antrian akhirnya tiba juga giliranku.

“Malaikat Training Adit.”

“Ya”  Ujarku menjawab.

“Sebenarnya, ini bukan tugas kamu. Tapi karna para malaikat lain sedang punya job lain, maka job ini kuserahkan padamu.”

Apa maksudnya coba bicara seperti itu padaku? Apa ingin membuat martabatku yang sudah jatuh ini jadi makin jatuh lagi. Tapi ya sudahlah. Life must go on..Asyikk..

“Apa tugas saya Senior?”

“Tugas kamu dapat kamu lihat dalam lembaran kertas ini. Baca peraturannya dengan cermat. Baru setelah itu kamu bisa kembalikan kontrak ini kembali lagi kesini beserta tandatanganmu”

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung nyelonong tandatanganin saja nih kertas kontrak. Dan dengan senyuman teramat lebar (sampai-sampai lalat saja bisa masuk mungkin), aku pun menyerahkan kertas itu pada Senior malaikat itu lagi.

“Sudah kamu baca?”

“Belum.”

“Terus kenapa kamu kembalikan begini cepat?”

“Saya terlalu senang Senior.”

“Kamu memang ceroboh. Sudah… Pergi sana.”

Besok aku resmi bertugas. Tapi aku saja belum tahu apa tugasku, namun yang pasti aku pasti bisa menikmatinya dan akan berusaha yang terbaik. Karna sudah lama juga aku nganggur tidak ada kerjaan. Luntang-lantung di dunia permalaikatan. Kalau di dunia manusia mungkin biasa dikenal dengan Gembel Permalaikatan.

Sabtu, 15 Oktober 2011

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 35)


“Aduh...” Sosok itu tiba-tiba mengeluh.

Bodo ah, siapa suruh ngagetin gw malem-malem kayak gini, untung cuma gw jorokin doing, kalau gw kalap tadi gimana, kalau gw lempar pake bebatuan yang ada di sekitar gw gimana? Kalau gw spontan gelindingin ke jurang gimana.

“Aduh.. Lu kok jorokin gw sih.”

“Maap Kak, reaksi spontan dari orang yang kaget.”

“Reaksi spontan apanya? Sakit tau. Gw kan lagi nyamar jadi Kunti, lu malah jorokin gw.”

“Katanya nggak boleh pake gw elu gw elu disini, kok Kakak ngomong kayak gitu sih?”

“Ini.. Reaksi spontan dari orang yang marah.”

“Reaksi marah apanya?” Ujar gw pelan.

“Lu bilang apaan?”

“Nggak ada kok. Kakak masih marah yah? Masih pake Lu Lu kayak gitu.”

“Iya.. Aku nggak marah lagi. Udah bener kan sekarang?”

“Lumayan... Lumayan…”

“Ngomong-ngomong, nama kamu siapa? Kok nggak kayak orang-orang sih?”

“Nggak kayak orang-orang gimana? Punya dua mata, satu hidung, satu mulut, dua telinga, plus ganteng lagi. Haduh, gimana sih Kakak ini?”

“Idih.. Narsis krisis kamu mah.”

Nggak  tau kenapa, akhirnya, gw mulai ngobrol-ngobrol ama nih Kunti jadi-jadian.

“Oh yah Kak, kalau nggak dandan jadi Kunti gini, apa muka Kakak juga seserem ini?”

“Ya enggaklah, memangnya kamu pikir, Kakak ini mirip Kunti beneran.”

“Mirip.”

“Idih, resek nih kamu. Udah ah, lanjutin aja sana perjalananmu. Semangat terus yah.”

“Ya udah kalau gitu, diriku yang unyu ini sudah nggak diharapkan lagi kehadirannya disini. Aku akan pergi 
meninggalkanmu sendirian di hutan yang sunyi ini.”

“Jangan pergi… Jangan kau pergi… Ku tak ingin sendiri..” Si Kakak OSIS ini malah nyanyi-nyanyi lagu D’nasib, eh, maksudnya D’massiv.

Akhirnya, gw ama Kakak OSIS setengah nggak waras ini malah cekikikan berdua berkat tindakan aneh bin ajaib kami ini. Tak lama kemudian gw pun melanjutkan lagi perjalanan gw yang sempet tertunda ini seraya melambaikan kedua tangan gw ini sebagai tanda perpisahan dengan Kakak Kunti itu.

Baru sekitar 50 Meter berjalan meninggalkannya, gw malah ketemu yang aneh-aneh lagi, ada cewek yang diem dibawah pohon, wajahnya nggak kelihatan berkat untaian rambutpanjang yang menutupi wajahnya. Pasti ini salah satu Kakak OSIS iseng yang pengen ngerjain kami lagi nih.
Akhirnya gw samperin aja dengan santai, eh malah, suaranya jadi terdengar seperti menangis, perlahan gw ngedeket ke arah dia.

“Kak… Kenapa nangis? Nggak baik lo nangis malem-malem, kayak Kunti aja pake acara nangis-nangisan segala, sebelumnya juga ada Kunti disana, cuma jadi-jadian sih, sama aja kayak Kakak kan. Udah, nggak usah nakut-nakutin saya gitu, saya mah kebal Kak orangnya, jadi percuma aja nakut-nakutin saya.”

Karna nggak ada respon, gw terusin aja perjalanan gw. Nggak mau ganggu ah totalitas perannya gitu sebagai Kunti.

Pada akhirnya, gw sampe ke post kedua, nah, disitu gw langsung ditodong jawaban atas pertanyaan kuis yang pertama tadi. Dengan tak lupa, omelan duluan yang mendarat ke telinga gw.

“Kok lama banget sih, udah hampir sejaman, kamu baru nyampe disini, kerjanya apa saja sih?”

“Banyak sih Kak, tadi itu, saya ngobrol-ngobrol ama Kakak Kunti yang tiba-tiba ngagetin saya, terus karna reaksi spontan orang yang kaget, saya jorokin aja tuh Kunti ampe jatoh. Eh, ama dia malah keterusan ngobrol.”

“Udah-udah.. Sekarang, kamu jawab kuis yang tadi itu.”

“Kak.. Pertanyaannya nggak ada yang lain yah?”

“Emangnya kenapa?”

“Ngelihat Burung Onta secara langsung saja saya nggak pernah, jadi saya mana tahu kalau malu dia ngapain. Saya juga nggak melihara Burung Onta, jadi mana saya tahu kayak gimana kalau dia malu.”

“Hadeh… Kamu ngomong apa ngomong? Cepet banget sih ngomongnya. Mana ngelantur lagi, emang kamu pikir ini ajang lucu-lucuam apa, kamu jawab aja yang bener, nggak usah ngelantur-ngelantur sembarangan gitu.”

“Kakaknya sensi amat sih, lagi dapet kali yah.” Ujar gw menggerutu pelan.

“Apa kamu bilang?”

“Nggak ada kok.” Ujar gw memaksakan senyum di depannya.

“Sekarang… Jawab aja pertanyaannya gitu, jangan bikin naik darah yah.”

“Menurut saya, jawabannya adalah …. Hmmm… Hmmm… Hmmm… Hmmm… Apa ya?”

“Malah nanya balik, cepet jawab, nggak pake Hem-heman.”

“Salah aja deh. Bener nggak jawaban saya Kak?”

“Iya bener. Alasannya apa?”

“Cuma nebak doang. Emangnya nggak boleh? Kan pilihannya, cuma betul atau salah, kalau nggak salah yah betul, kalau nggak betul, yah salah. Memangnya perlu alasan gitu? Misalnya nih yah Kak, Budi makan karena lapar. Terus jawabannya pasti betul dong, nggak mungkin salah. Nah, masa ditanya, kenapa Budi lapar?”

“Hadeh… Bikin jantung kumat kalau ngomong sama kamu.”

“Hah? Kakak punya penyakit jantung? Bahaya tuh Kak, tetangga saya ada yang meninggal seketika gara-gara terkena serangan jantung mendadak.”

“Kamu nyumpahin saya? Lagipula, saya nggak punya penyakit jantung. Itu cuma istilah atau pengandaian saja. Saya nggak mau tahu yah, sekarang kasih alasannya.”

“Iya.. Iya.. Karna nih Kak yah, hmmm… Menurut saya, kalau Burung Onta masukin kepalanya ke tanah itu, nggak keburu kalau dia malu. Kalau dia langsung masukin aja tuh kepalanya ke tanah, kan keras tuh tanahnya. Kesian kepalanya entar, entar malah dia amnesia lagi karna benturannya itu.”

“Terus, kalau dia malu, dia ngapain dong?”

“Kalau dia malu, tinggal lari aja, nggak usah dipeduliin yang ngelihat dia, iya nggak sih?”
Tak lama berselang, akhirnya gw pun beranjak dari post kedua dengan meninggalkan kekasalan mendalam mungkin pada penghuninya, maafin Alex yah. Nggak bermaksud gitu kok, Hihihi.

Dari pos kedua, gw juga dapet kuis yang meribetkan pikiran, lah, nanya-nanya ke gw yang aneh-aneh, masa pertanyaannya, ‘Siapa manusia yang pertama kali mendarat ke Bulan?’, mana gw tau. Nggak deh, pertanyaannya itu ‘Lebih banyak anak laki-laki atau perempuan yang kidal?’

Nah, aneh kan, mana gw tau lebih banyak mana, ada-ada aja nih pertanyaannya. Nanya yang enggak-enggak, kalau nanya tuh yang mudah-mudah dong, misalnya, siapa manusia kedua yang mendarat di bulan? Siapa hayo? Pada nggak tahu kan, sama… Gw juga nggak tahu.

Sampai di pos ketiga, gw pun menjawab sesuai dengan pemikiran gw.

“Menurut saya nih Kak (Berlagak dengan gaya Sotoi bin menyebalkan), kayaknya lebih banyak anak laki-laki deh yang kidal daripada anak perempuan, soalnya nih, temen laki-laki saya ada 2 orang yang kidal, sementara  temen cewek saya nggak ada yang kidal, jadi, berdasarkan asumsi itu, saya menyatakan dan mendeklarasikan, kalau, anak cowok lebih banyak kidal dibanding anak cewek.”

Ternyata, jawaban gw bener lagi, nggak nyangka kalau gw bakal sepinter ini, Emak ama Babe di rumah pasti bangga banget punya anak kayak aye.
Di Pos ketiga,  gw dapet pertanyaan yang mengejutkan tiap nadi dan darah yang mengaliri tubuh gw ini. 

Gimana nggak mengejutkan dan membikin shock diri  yang tak berdaya ini,

“Siapa manusia kedua yang mendarat di Bulan?”

 
Bersambung ...

Jumat, 30 September 2011

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 34)


Kalau gw ampe ketemu setan gimana? Itu yang gw takutin sebenernya. Naluri wajar dari seorang manusia normal sih, walau gw nggak sepenuhnya normal sebagai manusia kebanyakannya. Hihihi.. Mungkin gw tergolong manusia over normal kali yah, jangan pada sirik dan ngiri deh ama gw, gw yah gw, elu yah elu (Dibakar massa).

“Makanya, kalau Kakak-kakak disini lagi ngasih pengarahan, dengerin baik-baik, jangan tidur aja.” Ujar Kak Richie setengah berbisik. Gw Cuma bisa angguk-angguk denger dia ngomong kayak gitu.

Untungnya, malam ini, cahaya bulan lumayan terang juga sih, jadi bisa jadi pengganti senter. Tapi tetep aja nggak seterang senter sebagai penerang jalan. Kelihatannya, mala mini tepat sebagai malam Bulan Purnama, berharap aja dah gw, nggak ada serigala jejadian yang mengaung-ngaung nakutin perjalanan gw.

Dengan sedikit ragu-ragu, gw melangkahkan kaki gw menuju perjalanan jurit malam kali ini yang sepertinya bakal terasa panjang dan menyakitkan. Tapi rasa penasaran gw juga terbayang-bayang, akankah ada setan jadi-jadian yang bakal nakut-nakutin gw gitu sepanjang perjalanan. Gw ngarep sih ada, lumayanlah buat hiburan. Hehehe

Setapak demi setapak langkah gw, mulai meninggalkan para peserta yang lain. Udara dingin malam hari disini mulai menusuk kulit gw, sampai-sampai bulu kuduk gw pada bediri semua. Suara lolongan anjing juga mulai mengudara, menyelaraskan dengan langkah-langkah kaki gw. Dalem ati, gw hanya mikir, “Anjing siapa nih yang lepas dari rante tuannya, ganggu gw aja.”

Perlahan tapi pasti, step by step coy, kalo kata orang, yang penting kan nyampe tujuan. Nikmati aja udara segar malam ini. Lagipula kan, kakak-kakak OSIS yang lain pasti ngawasin sepanjang perjalanan.

Lama gw berjalan dengan pasti, tapi nggak Nampak satupun Post yang dimaksud oleh Kak Richie tadi. Dalem ati gw mulai mikir, apa mungkin gw keseset kali yah? Mulai ada sedikit keraguan dalam diri gw, gw jadi keinget kata-kata Kakak-kakak OSIS yang tadi, kalau mau nyerah, tereak aja SMK BAKTI, maka, 

Kakak-kakak yang lain pasti akan langsung dating ngehampirin. Tapi, setelah gw pikir-pikir lagi, gw nggak gitu takut lo, malu juga kalau sebagai cowok mesti nyerah, padahal, permainan kan baru dimulai, jadi, gw urungkan saja niat dalem ati gw ini.

Dari kejauhan gw liat ada sebuah sinar, Nampak seperti sinar dari lampu senter yang mengarah langsung ke mata gw, otomatis, mata gw langsung kesilauan dong terkena cahaya yang tiba-tiba langsung menyongsong masuk ke dalam retina gw ini. Ce ile, bahasa gw, ampun DJ dah. Hihihi

Mungkin, inilah post pertamanya, gw meyakinkan diri gw sendiri.

“Selamat malam. Sebutkan biodata diri kamu.” 

Suaranya ngebass dengan sedikit bernada perintah, walau gw nggak bisa lhat dengan jelas wajahnya, tapi, 
gw yakin, pasti itu cowok, ya iyalah, mana ada suara cewek ngebass gitu.

“Iya Kak, selamat malam juga. Biodata diri? Maksudnya?”

“Ya biodata diri, emang lu belum pernah ngisi kayak diari gitu?”

“Ngisi diary? Lah, mana pernah Kak, itu kan kegiatan rutinan cewek. Kakak sering yah?”

“Nggak… Nggak sering.” Suaranya terdengar mengelak tudingan gw.
Sementara itu, suara cewek cekikikan terdengar disampingnya. Mereka emang berdua, satu cewek dan satu cowok. Kayaknya, si cowok nya mulai malu tuh dengan ledekan gw tadi.

“Sebutin aja tentang diri kamu.”

“Hmmm.. Nama saya Alexander, lengkapnya, Alexander Bobby Permana.”

“Wah.. Nama kamu panjang banget yah, mau dipanggil Alex? Mau dipanggil Bobby? Atau mau dipanggil Permana?”

“Kalau saya sih yang mana aja boleh Kak, suka-suka oranglah mau manggil saya apa, yang penting masih sopan dan enak didenger.”

“Oke.. Kalau gitu, saya panggil kamu Bobby aja. Gimana?”

“Biasanya sih, orang-orang manggil saya Alex, jarang yang manggil Bobby, tapi yah nggak apa-apalah.”

“Katanya terserah saya, gimana sih kamu. Nggak konsisten.”

“Apanya yang nggak konsisten Kak, saya kan Cuma bilang biasanya dipanggil Alex, tapi karna Kakak mau panggil saya Bobby, ya nggak apa-apa, malahan lebih keren sih.”

Lagi-lagi, cewek yang disebelahnya itu cekikikan.

“Sudah-sudah… Sekarang lanjutkan penjelasan tentang diri kamu.”

“Saya dari jurusan Akuntansi Kaka, sebelumnya sih ngambil jurusan Penjualan karna mau ikut-ikutan temen, tapi niat itu saya batalkan, karna jiwa saya kayaknya lebih sreg ke Akuntansi, nggak baik juga kan ikut-ikutan orang. Jadi, akhirnya saya putusin buat ngambil Akuntansi saja, panjang juga sih ceritanya, tapi yang penting kan saya sudah di Jurusan Akuntansi. Iya nggak Kak?

“Iya Iya… Sekarang lanjutin aja penjelasanmu.”

“Udah selesai Kak.”

“Hah? Cepet amat sih, nggak ada yang lain?”

“Ada sih Kak, tapi kalau saya bicara lagi, malah nggak selesai-selesai loh Kak.”

“Masa? Coba, saya mau dengerin.”
Setengah jam berlalu, tapi, gw masih belum putus-putusnya nyeritain tentang diri gw sendiri, dan gw denger di walkie tokie nya, terdengar suara memanggil.

“Lama amat sih, udah selsai belum si Alex?”

“Iya iya, entar gw suruh lanjut ke Post berikutnya aja.”

“Oke, cepet yah.”

“Sekarang, kamu boleh melanjutkan perjalananmu Bob.”

“Yakin? Nggak mau denger lagi gitu tentang diri saya Kak?”

“Udah.. Udah cukup, udah hampir penuh nih otak denger celotehan kamu daritadi. Sekarang lanjutin aja deh.”

“Ya udah, terima kasih yah Kakak-kakak.” Gw lantas beranjak pergi dari post pertama.

“Tunggu dulu. Kakak hampir lupa ngasih pertanyaan kuis buat kamu renungkan nanti, dan kamu bisa jawab di post kedua entar.”

“Kuis?” Tanya gw sumringah bin ceria.

“Pertanyaannya, Cuma betul atau salah yah. Burung unta selalu memasukkan kepalanya ke dalam tanah jika ia merasa malu. Benar atau salah?”

“Ada pilihannya nggak?”

“Pilihannya ya cuma betul atau salah, saya kan udah bilang ke kamu tadi.” Ujarnya penuh kekesalan.

“Ow… Bilang dong daritadi, jadi saya nggak usah nanya.”

“Udah dibilang daritadi.” Ujarnya kejang berbusa.

Gw langsung lanjut aja setelah itu, takut dia kenapa-kenapa. Hihihi..

Gw mulai berfikir nih tentang pertanyaannya itu, kenapa juga si burung Onta masukin tuh kepalanya ke tanah kalau malu, kalau malu kan mending kabur aja, kalau nggak sempet kabur juga kan bisa tutup mukanya pake tangan, ribet dah nih burong Onta, awas aja ketemu gw, gw bakar jadi sate Onta entar. Bikin pala gw nyut-nyutan aja nih pertanyaannya. Emangnya gw kerabat Burung Onta gitu, tahu kalau dia malu ngapain.

Semakin dipikir-pikir semakin bikin gw nggak waras aja nih, jadi lebih baik nggak usah dipikirin biar tetep waras. Hohoho..

“Whoaaaa….”

Sesosok bentuk tiba-tiba aja muncul di depan gw yang lagi mikir keras. Langsung aja gw jorokin tuh ke tanah, pake acara muncul tiba-tiba sih depan gw, bikin gw terganggu aja dengan pemikiran gw.

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 33)


Suara jejeritan para cewek tuh, kenapa pada teriak minta tolong yah? Apakah ada ular gitu di sungainya? Apa ada tikus? Hush.. Ngaco nih gw, di sungai mana ada tikus, yang ada tuh buaya. Hiii… Serem juga.
Kami segera menuju ke sungai, tempat teriakan itu berasal, para cewek yang berjaga di depan juga Nampak ketakutan, dan akhirnya memasrahkan kami untuk masuk ke area para cewek mandi. Sesampainya disana, mereka sudah berpakaian tentunya.

“Ada apa ini? Kenapa kalian tereak-tereak sih?” Ujar Kak Jodhi dengan pandangan berapi-api.

“Itu Jod, kata anak-anak, mereka lihat seseorang ngintipin kita. Jadinya mereka ketakutan gitu.” Ujar Kak Ros yang juga Nampak bingung.

“Dimana lokasi persisnya?”

“Disana Kak.” Ventory berujar ketakutan.

Kami para siswa cowok sebagian menuju kesana, dan sebagian lagi menunggui cewek-cewek ini. Gw kebagian buat ngecek kondisi di semak-semak belukar itu. Dengan langkah pelan-pelan, kami menyusuri tempat yang ditunjuk oleh mereka. Sekilas, memang Nampak tempat itu, tempat ideal untuk mengintip ke arah sungai. Serta, bekas ilalang-ilalang yang sepertinya baru diinjak oleh pelakunya. Namun sekali lagi, kami nggak nemuin siapapun disana, padahal kami sudah berusaha menusuri semak-semak itu sampai agak ke dalam.

Pencarian dihentikan, dan kami dari tim Terbengek-bengek, tidak dapat dihentikan, namun kejadian hari ini akan menjadi pembelajaran untuk kami untuk lebih waspada dan berhati-hati lagi.

Di tengah kegalauan itu, Kak Delia datang, dan bertanya tentang kejadian yang baru saja siswi-siswi cewek itu alami. Nampaknya ia salah satu rombongan yang berjaga di depan tadi, walaupun mungkin, gw sebenarnya nggak liat dia di depan tadi, mungkin saja mata gw ini yang nggak bener. Hihihi…

Setelah itu, diputuskanlah, para cowok berjaga-jaga di semak-semak itu saat para cewek mandi, dengan catatan, menghadap belakang, dan sebagian cewek yang mengawasi mereka agar nggak ngintip, dengan begitu, masalah ini sedikit terpecahkan sih.

Tapi rasanya ini nggak adil, masa cewek aja yang dijagain, sementara kami nggak dijagain, mana emansipasi lelaki saat ini? Ahh… Sudahlah, lagipula siapa juga yang mau ngintipin. Hihihi
Semuanya pun berkumpul lagi di dekat tenda untuk mendengarkan pengumuman kelompok terbaik.

“Setelah insiden yang mendebarkan tadi, kini tiba saatnya, pengumuman yang tak kalah mendebarkan, dimana kelompok yang menang, khusus anggota ceweknya bakal dapat kencan khusus dengan saya .” Ujar 

Kak Jodhi minta digampar.

“Wuuuuu….” Ujar para cewek serentak, seolah bener-bener pengen gampar Kak Jodhi.

“Oke.. Oke.. Kalian gitu yah ama Kakak, entar Kakak nggak mau bantuin jaga lagi.” Ujarnya pura-pura merajuk.

Nih Kak Jodhi beneran pengen digampar kayaknya, tapi kocak juga sih gayanya yang nyeleneh gitu, keluar dari pakem orang normal kebanyakan.

“Dan…. Kelompok terbaik dengan iyel-iyel fantastis adalah… Jeng… Jeng… Jeng… Kelompok tempat orang bersemayam setelah dikubur.”

“ Hah? Emang ada yah Kak kelompok yang namanya sepanjang itu?” Tanya gw keheranan.

Semua orang menatap gw, seolah berkata pada gw, kalau gw tuh korban kelemotan otak. Tapi gw bener-bener sulit connect untuk hal-hal tebak menebak seperti ini.

“Aha… Kelompok peti mati yah Kak?” Ujar gw tiba-tiba mengagetkan yang lainnya.

Semua orang tumbang kesamping seperti di pilm-pilm, saking lemotnya gw. Hihihi.. Jangan salahkan Bunda mengandung diriku. Hehe..

“Kelompok Peti Mati adalah kelompok dengan iyel-iyel terbaik, penampilan mereka santun serta tidak 
memojokkan, nadanya sesuai dengan lirik yang dibawakan, hanya saja sayangnya, suara para anggota kelompoknya banyak yang bersuara fals, harus lebih banyak berlatih vocal pada Kakak sepertinya.”

“Wuuuuuuu…” Suara sorak-sorakan lagi diterima oleh Kak Jodhi. Mana ekspresinya nyebelin banget lagi, tapi gokil dah nih orang. Langka dan unik banget ada orang seperti ini.

“Kelompok terbaik mendapatkan bahan makanan sebagai berikut, silahkan dibacakan Nona delia.”

“Kelompok terbaik dalam Iyel-iyel akan mendapatkan sekotak mie instan kuah, beras 5kg, air mineral 10 botol ukuran 1500ml dan juga sosis, kembang tahu, dan sayur-syuran segar.”

“Bagaimana? Hadiahnya menarik bukan? Kalau mau dapet tuh hadiah, makanya, harus kerja lebih keras lagi lain kali. Baiklah, selanjutnya adalah pengumuman kelompok pembangun tenda terbaik dan juga 
pengumuman pengumpul kayu terbakar terbanyak.”

Setelah di umumkan ternyata kelompok gw nggak menang apa-apa dalam kategori itu, It’s hurt me and pren 
pren gw. Tapi nggak usah  bersedih lama-lama, karna toh, kami juga dapet persediaan makanan, yah walau nggak sebanyak kelompok pemenang.

Masalah yang muncul sekarang adalah bagaimana cara menghidupkan kayu bakar ini, susah banget buat diidupin. Apalagi kayunya basah karana hujan sebentar tadi, jadi karna keadaan basah itu, api sulit dinyalakan. Gw pun inisiatif buat ngambil minyak tanah, biar apinya cepet idup. Tapi Werry ngelarang, karna menurutnya, bau makanan akan beraroma minyak tanah jika kita membakar kayunya dengan siraman minyak tanah.

Gw pun mengurungkan niat gw itu, dan mempercayakannya pada Werry, dan benar saja, naluri alam liar nya pun terbukti berhasil, ia berhasil menghidupkan kayunya tanpa menggunakan minyak tanah. Ia mengumpulkan daun-daun yang tidak basah kena air hujan tadi, dan mengumpulkannya dibawah kayu bakar itu, baru kemudian menyulutnya dengan api. Hebat juga ni anak, sementara iu, kelompok lain menggunakan minyak tanah untuk menghidupkan apinya.

Setelah sejam bergulat dengan memasak makanan-makanan itu, kami pun lantas berhasil menyajikan makanan dengan bentuk yang sedikit tak karuan itu.

Hasil masakan kami adalah nasi goreng dengan keadaan menggenaskan bin menyedihkan, seperangkat sosis panggang yang disampingnya agak terbakar gosong, kemudian sup sayur-sayuran yang kelihatannya tak menyelerakan, tapi ini hasil masakan kelompok kami, so, kami bakal memakannya, dalam kondisi bagaimanapun. Masih mending ini jadi makanan, daripada nggak sama sekali, mengingat nggak ada yang bisa masak dikelompok gw.

Malam itu, kami menyantap makanan dengan sangat lahap. Makanan yang tak meyelerakan itu terasa begitu nikmat, so… Don’t judge the book from it’s cover.. Hehe

Kelompok lain mengeluh makanannya berbau minyak tanah, untungnya kelompok kami nggak, berkat Werry juga sih ini. Kalau seandainya tadi gw bener-bener ngelakuin itu, pastinya kelompok gw juga bakalan sama nasibnya.

Acara makan-makan pun berakhir, dan berganti dengan acara ‘Jurit Malam’. Para cewek terlihat belum siap dengan acara ini. Apalagi dalam kasus ini, para peserta cewek hanya boleh berdua saja dalam melewati jurit malam kali ini, sementara peserta cowok wajib sendiri dalam mengarungi jurit malam kali ini.

“Nggak adil dong Kak, masa cewek boleh bedua, sementara kami para cowok harus sendirian. Kita orang nggak juga nggak begitu kenal dengan daerah disini, kalau terjadi apa-apa sama kita bagaimana?”

Gw beserta cowok-cowok yang lain mengangguk-angguk setuju tanda mengiyakan, bagaimanapun kan jurit malam ini mengerikan untuk dijalani sendirian.

“Kalian tahu, kami para cewek,waktu mengikuti LKTD ini sebelumnya juga sendirian, padahal kami cewek, 
ini masih enak, para cewek boleh dikasih bedua, Nah kalian para cowok masa kalah sama kami.” Perjelas Kak Ros.

“Kalian ini cowok bukan?” Tereak Kak Delia lagi.

“Cowok.”

“Nah.. Kalian bisa teriak kalian cowok, sekarang buktikan dong.”

Akhirnya, mau nggak mau, suka nggak suka, ikhlas nggak ikhlas, para cowok pun menurut. Kalau bicara mengenai ketakutan, baik cewek maupun cowok adalah hal yang wajar, apalagi untuk menagarungi daerah asing yang belum pernah dilakukannya, apalagi, ini dilakukan pada malam hari. Tambah lengkaplah ketakutan ini.

Gw sendiri sebenernya ada sedikit ketakutan yang tersirat juga, tapi perasaan penasaran meliputi gw terlampau banyak, jadinya, rasanya pengen cepat-cepat menjalani itu semua. Rasa penasaran yang besar ini ditimbulkan karna gw sama sekali belum pernah melakukan jurit malam selama ini, otomatis, cerita-cerita dari temen-temen gw yang sebelumnya pernah ngalamin jurit malam, tambah sukses bikin gw makin penasaran lagi dan lagi.

Semua siswa-siswi yang mengikuti LKTD kali ini dikumpulkan di dekat tenda lagi. Disitu kami diberi pengarahan agar fokus terhadap jalan, agar nggak tersesat.

“Hari sudah malam, jadi saatnya, Jurit Malam akan segera dimulai. Sebelum memulai acara Jurit Malam ini ada baiknya untuk kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa mulai.”

Semua orang patuh terhadap arahan dan petunjuk dari Kak Jodhi. Dia yang biasanya gokil, malam ini nampak serius dalam memberikan arahan.

“Ingat… Kita ada di tempat orang, jadi jaga kelakuan kalian. Jangan pernah mengucapkan kata-kata kotor disini, jangan pipis sembarangan di sepanjang perjalanan kalian nanti.Pikiran kalian juga nggak boleh kosong, kalau itu sampai terjadi, kalian tahu sendiri konsekuensinya. Jangan lupa untuk mengikuti setiap tanda panah berwarna merah di sepanjang perjalanan, itu yang akan membimbing kalian menuju garis finish, jangan khawatir, di setiap post akan ada pertanyaan dan kuis yang harus kalian jawab, pertanyaan dan kuis itu akan diberi point untuk setiap pertanyaan yang benar, 5 orang dengan point tertinggi akan langsung lolos menjadi anggota OSIS, jadi………….!!” Suara Kak Jodhi makin terdengar samar-samar dan nggak jelas, mata gw bener-bener nggak bisa di ajak kompromi. Apalagi ngendengarin penjelasan yang panjang lebar dari Kak Jodhi malah bikin gw makin ngantuk, apalagi udara malam yang dingin makin membuai untuk mejemin mata nih mata sebentar aja. Nggak lama-lama kok. Tapi, tiba-tiba gw dikejutin oleh Kak Richie yang menangkap basah gw sedang curi-curi tidur di kala penjelasan Kak Jodhie.

“Woii….”

Gw kaget banget begitu di kejutkan Kak Jodhie, mata gw yang tadi nya tinggal 1 watt tiba-tiba langsung jreng begitu tubuh gw ini mendapat sengatan kejutan.

“Gawean lu tidur aja nih, dengerin tuh penjelasan Kak Jodhi.”

“Sorry kak, nih mata gw nggak bisa diajak kompromi, padahal udah berusaha untuk nggak tidur, tapi apadaya diriku Kak.”

“Jiah… Bahasamu nak, bikin Kakak mual.”

“Ma kasih Kak.”

“Dasar aneh.” Gerutu Kak Richie agak sebel dengan kata-kata gw. Sementara itu yang lainnya malah ketawa-ketiwi lihat tingkah gw yang ngeledek Kak Richie.

“Nah.. Sudah diputuskan, Alex yang akan mendapatkan giliran pertama dalam Jurit Malam kali ini.”

Astaga, walaupun gw penasaran dengan perjalanan jurit malam kali ini, tapi enggak secepat ini juga kali dapet gilirannya, shock jantung gw kali ini.

Tapi… Walaupun begitu, gw siap-siapin aja nih jantung buat nerima tantangan kali ini, coz menjadi yang pertama itu nggak mudah, adrenaline gw jadi terpacu gara-gara hal ini. Gw pun bersiap-siap untuk melakukan giliran jurit malam kali ini. Gw ambil senter dalam kantung jaket gw, dan menyalakannya. Tapi.. Tiba-tiba…

“Siapa yang bilang kamu boleh bawa senter? Apa kamu nggak ngedengerin penjelasan dari Kak Jodhie tadi?”

Apah? (Mulut berbusa-busa)

Beneran nggak boleh bawa senter? Matilah gw, gegara nggak ngedengerin penjelasan Kak Jodhie sampai akhir tadi, gw jadi kayak orang linglung mendengar kabar buruk ini. Hutannya kan gelep, gimana bisa jalan tanpa senter? Makin nyeremin aja nih Jurit Malam.. Huahhh..