Selamat Bergabung

Kadang-kadang usilnya nggak ketulungan..tapi kadang-kadang,jahilnya kebangetan.Penuh canda tawa,suka duka dan kebersamaan diantara mereka selama 3 tahun ini.Dibumbui kisah persahabatan dan juga percikan asmara.Bagaimana jadinya?

Banner this blog

Jumat, 30 September 2011

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 34)


Kalau gw ampe ketemu setan gimana? Itu yang gw takutin sebenernya. Naluri wajar dari seorang manusia normal sih, walau gw nggak sepenuhnya normal sebagai manusia kebanyakannya. Hihihi.. Mungkin gw tergolong manusia over normal kali yah, jangan pada sirik dan ngiri deh ama gw, gw yah gw, elu yah elu (Dibakar massa).

“Makanya, kalau Kakak-kakak disini lagi ngasih pengarahan, dengerin baik-baik, jangan tidur aja.” Ujar Kak Richie setengah berbisik. Gw Cuma bisa angguk-angguk denger dia ngomong kayak gitu.

Untungnya, malam ini, cahaya bulan lumayan terang juga sih, jadi bisa jadi pengganti senter. Tapi tetep aja nggak seterang senter sebagai penerang jalan. Kelihatannya, mala mini tepat sebagai malam Bulan Purnama, berharap aja dah gw, nggak ada serigala jejadian yang mengaung-ngaung nakutin perjalanan gw.

Dengan sedikit ragu-ragu, gw melangkahkan kaki gw menuju perjalanan jurit malam kali ini yang sepertinya bakal terasa panjang dan menyakitkan. Tapi rasa penasaran gw juga terbayang-bayang, akankah ada setan jadi-jadian yang bakal nakut-nakutin gw gitu sepanjang perjalanan. Gw ngarep sih ada, lumayanlah buat hiburan. Hehehe

Setapak demi setapak langkah gw, mulai meninggalkan para peserta yang lain. Udara dingin malam hari disini mulai menusuk kulit gw, sampai-sampai bulu kuduk gw pada bediri semua. Suara lolongan anjing juga mulai mengudara, menyelaraskan dengan langkah-langkah kaki gw. Dalem ati, gw hanya mikir, “Anjing siapa nih yang lepas dari rante tuannya, ganggu gw aja.”

Perlahan tapi pasti, step by step coy, kalo kata orang, yang penting kan nyampe tujuan. Nikmati aja udara segar malam ini. Lagipula kan, kakak-kakak OSIS yang lain pasti ngawasin sepanjang perjalanan.

Lama gw berjalan dengan pasti, tapi nggak Nampak satupun Post yang dimaksud oleh Kak Richie tadi. Dalem ati gw mulai mikir, apa mungkin gw keseset kali yah? Mulai ada sedikit keraguan dalam diri gw, gw jadi keinget kata-kata Kakak-kakak OSIS yang tadi, kalau mau nyerah, tereak aja SMK BAKTI, maka, 

Kakak-kakak yang lain pasti akan langsung dating ngehampirin. Tapi, setelah gw pikir-pikir lagi, gw nggak gitu takut lo, malu juga kalau sebagai cowok mesti nyerah, padahal, permainan kan baru dimulai, jadi, gw urungkan saja niat dalem ati gw ini.

Dari kejauhan gw liat ada sebuah sinar, Nampak seperti sinar dari lampu senter yang mengarah langsung ke mata gw, otomatis, mata gw langsung kesilauan dong terkena cahaya yang tiba-tiba langsung menyongsong masuk ke dalam retina gw ini. Ce ile, bahasa gw, ampun DJ dah. Hihihi

Mungkin, inilah post pertamanya, gw meyakinkan diri gw sendiri.

“Selamat malam. Sebutkan biodata diri kamu.” 

Suaranya ngebass dengan sedikit bernada perintah, walau gw nggak bisa lhat dengan jelas wajahnya, tapi, 
gw yakin, pasti itu cowok, ya iyalah, mana ada suara cewek ngebass gitu.

“Iya Kak, selamat malam juga. Biodata diri? Maksudnya?”

“Ya biodata diri, emang lu belum pernah ngisi kayak diari gitu?”

“Ngisi diary? Lah, mana pernah Kak, itu kan kegiatan rutinan cewek. Kakak sering yah?”

“Nggak… Nggak sering.” Suaranya terdengar mengelak tudingan gw.
Sementara itu, suara cewek cekikikan terdengar disampingnya. Mereka emang berdua, satu cewek dan satu cowok. Kayaknya, si cowok nya mulai malu tuh dengan ledekan gw tadi.

“Sebutin aja tentang diri kamu.”

“Hmmm.. Nama saya Alexander, lengkapnya, Alexander Bobby Permana.”

“Wah.. Nama kamu panjang banget yah, mau dipanggil Alex? Mau dipanggil Bobby? Atau mau dipanggil Permana?”

“Kalau saya sih yang mana aja boleh Kak, suka-suka oranglah mau manggil saya apa, yang penting masih sopan dan enak didenger.”

“Oke.. Kalau gitu, saya panggil kamu Bobby aja. Gimana?”

“Biasanya sih, orang-orang manggil saya Alex, jarang yang manggil Bobby, tapi yah nggak apa-apalah.”

“Katanya terserah saya, gimana sih kamu. Nggak konsisten.”

“Apanya yang nggak konsisten Kak, saya kan Cuma bilang biasanya dipanggil Alex, tapi karna Kakak mau panggil saya Bobby, ya nggak apa-apa, malahan lebih keren sih.”

Lagi-lagi, cewek yang disebelahnya itu cekikikan.

“Sudah-sudah… Sekarang lanjutkan penjelasan tentang diri kamu.”

“Saya dari jurusan Akuntansi Kaka, sebelumnya sih ngambil jurusan Penjualan karna mau ikut-ikutan temen, tapi niat itu saya batalkan, karna jiwa saya kayaknya lebih sreg ke Akuntansi, nggak baik juga kan ikut-ikutan orang. Jadi, akhirnya saya putusin buat ngambil Akuntansi saja, panjang juga sih ceritanya, tapi yang penting kan saya sudah di Jurusan Akuntansi. Iya nggak Kak?

“Iya Iya… Sekarang lanjutin aja penjelasanmu.”

“Udah selesai Kak.”

“Hah? Cepet amat sih, nggak ada yang lain?”

“Ada sih Kak, tapi kalau saya bicara lagi, malah nggak selesai-selesai loh Kak.”

“Masa? Coba, saya mau dengerin.”
Setengah jam berlalu, tapi, gw masih belum putus-putusnya nyeritain tentang diri gw sendiri, dan gw denger di walkie tokie nya, terdengar suara memanggil.

“Lama amat sih, udah selsai belum si Alex?”

“Iya iya, entar gw suruh lanjut ke Post berikutnya aja.”

“Oke, cepet yah.”

“Sekarang, kamu boleh melanjutkan perjalananmu Bob.”

“Yakin? Nggak mau denger lagi gitu tentang diri saya Kak?”

“Udah.. Udah cukup, udah hampir penuh nih otak denger celotehan kamu daritadi. Sekarang lanjutin aja deh.”

“Ya udah, terima kasih yah Kakak-kakak.” Gw lantas beranjak pergi dari post pertama.

“Tunggu dulu. Kakak hampir lupa ngasih pertanyaan kuis buat kamu renungkan nanti, dan kamu bisa jawab di post kedua entar.”

“Kuis?” Tanya gw sumringah bin ceria.

“Pertanyaannya, Cuma betul atau salah yah. Burung unta selalu memasukkan kepalanya ke dalam tanah jika ia merasa malu. Benar atau salah?”

“Ada pilihannya nggak?”

“Pilihannya ya cuma betul atau salah, saya kan udah bilang ke kamu tadi.” Ujarnya penuh kekesalan.

“Ow… Bilang dong daritadi, jadi saya nggak usah nanya.”

“Udah dibilang daritadi.” Ujarnya kejang berbusa.

Gw langsung lanjut aja setelah itu, takut dia kenapa-kenapa. Hihihi..

Gw mulai berfikir nih tentang pertanyaannya itu, kenapa juga si burung Onta masukin tuh kepalanya ke tanah kalau malu, kalau malu kan mending kabur aja, kalau nggak sempet kabur juga kan bisa tutup mukanya pake tangan, ribet dah nih burong Onta, awas aja ketemu gw, gw bakar jadi sate Onta entar. Bikin pala gw nyut-nyutan aja nih pertanyaannya. Emangnya gw kerabat Burung Onta gitu, tahu kalau dia malu ngapain.

Semakin dipikir-pikir semakin bikin gw nggak waras aja nih, jadi lebih baik nggak usah dipikirin biar tetep waras. Hohoho..

“Whoaaaa….”

Sesosok bentuk tiba-tiba aja muncul di depan gw yang lagi mikir keras. Langsung aja gw jorokin tuh ke tanah, pake acara muncul tiba-tiba sih depan gw, bikin gw terganggu aja dengan pemikiran gw.

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 33)


Suara jejeritan para cewek tuh, kenapa pada teriak minta tolong yah? Apakah ada ular gitu di sungainya? Apa ada tikus? Hush.. Ngaco nih gw, di sungai mana ada tikus, yang ada tuh buaya. Hiii… Serem juga.
Kami segera menuju ke sungai, tempat teriakan itu berasal, para cewek yang berjaga di depan juga Nampak ketakutan, dan akhirnya memasrahkan kami untuk masuk ke area para cewek mandi. Sesampainya disana, mereka sudah berpakaian tentunya.

“Ada apa ini? Kenapa kalian tereak-tereak sih?” Ujar Kak Jodhi dengan pandangan berapi-api.

“Itu Jod, kata anak-anak, mereka lihat seseorang ngintipin kita. Jadinya mereka ketakutan gitu.” Ujar Kak Ros yang juga Nampak bingung.

“Dimana lokasi persisnya?”

“Disana Kak.” Ventory berujar ketakutan.

Kami para siswa cowok sebagian menuju kesana, dan sebagian lagi menunggui cewek-cewek ini. Gw kebagian buat ngecek kondisi di semak-semak belukar itu. Dengan langkah pelan-pelan, kami menyusuri tempat yang ditunjuk oleh mereka. Sekilas, memang Nampak tempat itu, tempat ideal untuk mengintip ke arah sungai. Serta, bekas ilalang-ilalang yang sepertinya baru diinjak oleh pelakunya. Namun sekali lagi, kami nggak nemuin siapapun disana, padahal kami sudah berusaha menusuri semak-semak itu sampai agak ke dalam.

Pencarian dihentikan, dan kami dari tim Terbengek-bengek, tidak dapat dihentikan, namun kejadian hari ini akan menjadi pembelajaran untuk kami untuk lebih waspada dan berhati-hati lagi.

Di tengah kegalauan itu, Kak Delia datang, dan bertanya tentang kejadian yang baru saja siswi-siswi cewek itu alami. Nampaknya ia salah satu rombongan yang berjaga di depan tadi, walaupun mungkin, gw sebenarnya nggak liat dia di depan tadi, mungkin saja mata gw ini yang nggak bener. Hihihi…

Setelah itu, diputuskanlah, para cowok berjaga-jaga di semak-semak itu saat para cewek mandi, dengan catatan, menghadap belakang, dan sebagian cewek yang mengawasi mereka agar nggak ngintip, dengan begitu, masalah ini sedikit terpecahkan sih.

Tapi rasanya ini nggak adil, masa cewek aja yang dijagain, sementara kami nggak dijagain, mana emansipasi lelaki saat ini? Ahh… Sudahlah, lagipula siapa juga yang mau ngintipin. Hihihi
Semuanya pun berkumpul lagi di dekat tenda untuk mendengarkan pengumuman kelompok terbaik.

“Setelah insiden yang mendebarkan tadi, kini tiba saatnya, pengumuman yang tak kalah mendebarkan, dimana kelompok yang menang, khusus anggota ceweknya bakal dapat kencan khusus dengan saya .” Ujar 

Kak Jodhi minta digampar.

“Wuuuuu….” Ujar para cewek serentak, seolah bener-bener pengen gampar Kak Jodhi.

“Oke.. Oke.. Kalian gitu yah ama Kakak, entar Kakak nggak mau bantuin jaga lagi.” Ujarnya pura-pura merajuk.

Nih Kak Jodhi beneran pengen digampar kayaknya, tapi kocak juga sih gayanya yang nyeleneh gitu, keluar dari pakem orang normal kebanyakan.

“Dan…. Kelompok terbaik dengan iyel-iyel fantastis adalah… Jeng… Jeng… Jeng… Kelompok tempat orang bersemayam setelah dikubur.”

“ Hah? Emang ada yah Kak kelompok yang namanya sepanjang itu?” Tanya gw keheranan.

Semua orang menatap gw, seolah berkata pada gw, kalau gw tuh korban kelemotan otak. Tapi gw bener-bener sulit connect untuk hal-hal tebak menebak seperti ini.

“Aha… Kelompok peti mati yah Kak?” Ujar gw tiba-tiba mengagetkan yang lainnya.

Semua orang tumbang kesamping seperti di pilm-pilm, saking lemotnya gw. Hihihi.. Jangan salahkan Bunda mengandung diriku. Hehe..

“Kelompok Peti Mati adalah kelompok dengan iyel-iyel terbaik, penampilan mereka santun serta tidak 
memojokkan, nadanya sesuai dengan lirik yang dibawakan, hanya saja sayangnya, suara para anggota kelompoknya banyak yang bersuara fals, harus lebih banyak berlatih vocal pada Kakak sepertinya.”

“Wuuuuuuu…” Suara sorak-sorakan lagi diterima oleh Kak Jodhi. Mana ekspresinya nyebelin banget lagi, tapi gokil dah nih orang. Langka dan unik banget ada orang seperti ini.

“Kelompok terbaik mendapatkan bahan makanan sebagai berikut, silahkan dibacakan Nona delia.”

“Kelompok terbaik dalam Iyel-iyel akan mendapatkan sekotak mie instan kuah, beras 5kg, air mineral 10 botol ukuran 1500ml dan juga sosis, kembang tahu, dan sayur-syuran segar.”

“Bagaimana? Hadiahnya menarik bukan? Kalau mau dapet tuh hadiah, makanya, harus kerja lebih keras lagi lain kali. Baiklah, selanjutnya adalah pengumuman kelompok pembangun tenda terbaik dan juga 
pengumuman pengumpul kayu terbakar terbanyak.”

Setelah di umumkan ternyata kelompok gw nggak menang apa-apa dalam kategori itu, It’s hurt me and pren 
pren gw. Tapi nggak usah  bersedih lama-lama, karna toh, kami juga dapet persediaan makanan, yah walau nggak sebanyak kelompok pemenang.

Masalah yang muncul sekarang adalah bagaimana cara menghidupkan kayu bakar ini, susah banget buat diidupin. Apalagi kayunya basah karana hujan sebentar tadi, jadi karna keadaan basah itu, api sulit dinyalakan. Gw pun inisiatif buat ngambil minyak tanah, biar apinya cepet idup. Tapi Werry ngelarang, karna menurutnya, bau makanan akan beraroma minyak tanah jika kita membakar kayunya dengan siraman minyak tanah.

Gw pun mengurungkan niat gw itu, dan mempercayakannya pada Werry, dan benar saja, naluri alam liar nya pun terbukti berhasil, ia berhasil menghidupkan kayunya tanpa menggunakan minyak tanah. Ia mengumpulkan daun-daun yang tidak basah kena air hujan tadi, dan mengumpulkannya dibawah kayu bakar itu, baru kemudian menyulutnya dengan api. Hebat juga ni anak, sementara iu, kelompok lain menggunakan minyak tanah untuk menghidupkan apinya.

Setelah sejam bergulat dengan memasak makanan-makanan itu, kami pun lantas berhasil menyajikan makanan dengan bentuk yang sedikit tak karuan itu.

Hasil masakan kami adalah nasi goreng dengan keadaan menggenaskan bin menyedihkan, seperangkat sosis panggang yang disampingnya agak terbakar gosong, kemudian sup sayur-sayuran yang kelihatannya tak menyelerakan, tapi ini hasil masakan kelompok kami, so, kami bakal memakannya, dalam kondisi bagaimanapun. Masih mending ini jadi makanan, daripada nggak sama sekali, mengingat nggak ada yang bisa masak dikelompok gw.

Malam itu, kami menyantap makanan dengan sangat lahap. Makanan yang tak meyelerakan itu terasa begitu nikmat, so… Don’t judge the book from it’s cover.. Hehe

Kelompok lain mengeluh makanannya berbau minyak tanah, untungnya kelompok kami nggak, berkat Werry juga sih ini. Kalau seandainya tadi gw bener-bener ngelakuin itu, pastinya kelompok gw juga bakalan sama nasibnya.

Acara makan-makan pun berakhir, dan berganti dengan acara ‘Jurit Malam’. Para cewek terlihat belum siap dengan acara ini. Apalagi dalam kasus ini, para peserta cewek hanya boleh berdua saja dalam melewati jurit malam kali ini, sementara peserta cowok wajib sendiri dalam mengarungi jurit malam kali ini.

“Nggak adil dong Kak, masa cewek boleh bedua, sementara kami para cowok harus sendirian. Kita orang nggak juga nggak begitu kenal dengan daerah disini, kalau terjadi apa-apa sama kita bagaimana?”

Gw beserta cowok-cowok yang lain mengangguk-angguk setuju tanda mengiyakan, bagaimanapun kan jurit malam ini mengerikan untuk dijalani sendirian.

“Kalian tahu, kami para cewek,waktu mengikuti LKTD ini sebelumnya juga sendirian, padahal kami cewek, 
ini masih enak, para cewek boleh dikasih bedua, Nah kalian para cowok masa kalah sama kami.” Perjelas Kak Ros.

“Kalian ini cowok bukan?” Tereak Kak Delia lagi.

“Cowok.”

“Nah.. Kalian bisa teriak kalian cowok, sekarang buktikan dong.”

Akhirnya, mau nggak mau, suka nggak suka, ikhlas nggak ikhlas, para cowok pun menurut. Kalau bicara mengenai ketakutan, baik cewek maupun cowok adalah hal yang wajar, apalagi untuk menagarungi daerah asing yang belum pernah dilakukannya, apalagi, ini dilakukan pada malam hari. Tambah lengkaplah ketakutan ini.

Gw sendiri sebenernya ada sedikit ketakutan yang tersirat juga, tapi perasaan penasaran meliputi gw terlampau banyak, jadinya, rasanya pengen cepat-cepat menjalani itu semua. Rasa penasaran yang besar ini ditimbulkan karna gw sama sekali belum pernah melakukan jurit malam selama ini, otomatis, cerita-cerita dari temen-temen gw yang sebelumnya pernah ngalamin jurit malam, tambah sukses bikin gw makin penasaran lagi dan lagi.

Semua siswa-siswi yang mengikuti LKTD kali ini dikumpulkan di dekat tenda lagi. Disitu kami diberi pengarahan agar fokus terhadap jalan, agar nggak tersesat.

“Hari sudah malam, jadi saatnya, Jurit Malam akan segera dimulai. Sebelum memulai acara Jurit Malam ini ada baiknya untuk kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa mulai.”

Semua orang patuh terhadap arahan dan petunjuk dari Kak Jodhi. Dia yang biasanya gokil, malam ini nampak serius dalam memberikan arahan.

“Ingat… Kita ada di tempat orang, jadi jaga kelakuan kalian. Jangan pernah mengucapkan kata-kata kotor disini, jangan pipis sembarangan di sepanjang perjalanan kalian nanti.Pikiran kalian juga nggak boleh kosong, kalau itu sampai terjadi, kalian tahu sendiri konsekuensinya. Jangan lupa untuk mengikuti setiap tanda panah berwarna merah di sepanjang perjalanan, itu yang akan membimbing kalian menuju garis finish, jangan khawatir, di setiap post akan ada pertanyaan dan kuis yang harus kalian jawab, pertanyaan dan kuis itu akan diberi point untuk setiap pertanyaan yang benar, 5 orang dengan point tertinggi akan langsung lolos menjadi anggota OSIS, jadi………….!!” Suara Kak Jodhi makin terdengar samar-samar dan nggak jelas, mata gw bener-bener nggak bisa di ajak kompromi. Apalagi ngendengarin penjelasan yang panjang lebar dari Kak Jodhi malah bikin gw makin ngantuk, apalagi udara malam yang dingin makin membuai untuk mejemin mata nih mata sebentar aja. Nggak lama-lama kok. Tapi, tiba-tiba gw dikejutin oleh Kak Richie yang menangkap basah gw sedang curi-curi tidur di kala penjelasan Kak Jodhie.

“Woii….”

Gw kaget banget begitu di kejutkan Kak Jodhie, mata gw yang tadi nya tinggal 1 watt tiba-tiba langsung jreng begitu tubuh gw ini mendapat sengatan kejutan.

“Gawean lu tidur aja nih, dengerin tuh penjelasan Kak Jodhi.”

“Sorry kak, nih mata gw nggak bisa diajak kompromi, padahal udah berusaha untuk nggak tidur, tapi apadaya diriku Kak.”

“Jiah… Bahasamu nak, bikin Kakak mual.”

“Ma kasih Kak.”

“Dasar aneh.” Gerutu Kak Richie agak sebel dengan kata-kata gw. Sementara itu yang lainnya malah ketawa-ketiwi lihat tingkah gw yang ngeledek Kak Richie.

“Nah.. Sudah diputuskan, Alex yang akan mendapatkan giliran pertama dalam Jurit Malam kali ini.”

Astaga, walaupun gw penasaran dengan perjalanan jurit malam kali ini, tapi enggak secepat ini juga kali dapet gilirannya, shock jantung gw kali ini.

Tapi… Walaupun begitu, gw siap-siapin aja nih jantung buat nerima tantangan kali ini, coz menjadi yang pertama itu nggak mudah, adrenaline gw jadi terpacu gara-gara hal ini. Gw pun bersiap-siap untuk melakukan giliran jurit malam kali ini. Gw ambil senter dalam kantung jaket gw, dan menyalakannya. Tapi.. Tiba-tiba…

“Siapa yang bilang kamu boleh bawa senter? Apa kamu nggak ngedengerin penjelasan dari Kak Jodhie tadi?”

Apah? (Mulut berbusa-busa)

Beneran nggak boleh bawa senter? Matilah gw, gegara nggak ngedengerin penjelasan Kak Jodhie sampai akhir tadi, gw jadi kayak orang linglung mendengar kabar buruk ini. Hutannya kan gelep, gimana bisa jalan tanpa senter? Makin nyeremin aja nih Jurit Malam.. Huahhh..