Selamat Bergabung

Kadang-kadang usilnya nggak ketulungan..tapi kadang-kadang,jahilnya kebangetan.Penuh canda tawa,suka duka dan kebersamaan diantara mereka selama 3 tahun ini.Dibumbui kisah persahabatan dan juga percikan asmara.Bagaimana jadinya?

Banner this blog

Rabu, 17 Agustus 2011

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 32)


Suara jejeritan para cewek tuh, kenapa pada teriak minta tolong yah? Apakah ada ular gitu di sungainya? Apa ada tikus? Hush.. Ngaco nih gw, di sungai mana ada tikus, yang ada tuh buaya. Hiii… Serem juga.
Kami segera menuju ke sungai, tempat teriakan itu berasal, para cewek yang berjaga di depan juga Nampak ketakutan, dan akhirnya memasrahkan kami untuk masuk ke area para cewek mandi. Sesampainya disana, mereka sudah berpakaian tentunya.
“Ada apa ini? Kenapa kalian tereak-tereak sih?” Ujar Kak Jodhi dengan pandangan berapi-api.
“Itu Jod, kata anak-anak, mereka lihat seseorang ngintipin kita. Jadinya mereka ketakutan gitu.” Ujar Kak Ros yang juga Nampak bingung.
“Dimana lokasi persisnya?”
“Disana Kak.” Ventory berujar ketakutan.
Kami para siswa cowok sebagian menuju kesana, dan sebagian lagi menunggui cewek-cewek ini. Gw kebagian buat ngecek kondisi di semak-semak belukar itu. Dengan langkah pelan-pelan, kami menyusuri tempat yang ditunjuk oleh mereka. Sekilas, memang Nampak tempat itu, tempat ideal untuk mengintip ke arah sungai. Serta, bekas ilalang-ilalang yang sepertinya baru diinjak oleh pelakunya. Namun sekali lagi, kami nggak nemuin siapapun disana, padahal kami sudah berusaha menusuri semak-semak itu sampai agak ke dalam.
Pencarian dihentikan, dan kami dari tim Terbengek-bengek, tidak dapat dihentikan, namun kejadian hari ini akan menjadi pembelajaran untuk kami untuk lebih waspada dan berhati-hati lagi.
Di tengah kegalauan itu, Kak Delia datang, dan bertanya tentang kejadian yang baru saja siswi-siswi cewek itu alami. Nampaknya ia salah satu rombongan yang berjaga di depan tadi, walaupun mungkin, gw sebenarnya nggak liat dia di depan tadi, mungkin saja mata gw ini yang nggak bener. Hihihi…
Setelah itu, diputuskanlah, para cowok berjaga-jaga di semak-semak itu saat para cewek mandi, dengan catatan, menghadap belakang, dan sebagian cewek yang mengawasi mereka agar nggak ngintip, dengan begitu, masalah ini sedikit terpecahkan sih.
Tapi rasanya ini nggak adil, masa cewek aja yang dijagain, sementara kami nggak dijagain, mana emansipasi lelaki saat ini? Ahh… Sudahlah, lagipula siapa juga yang mau ngintipin. Hihihi
Semuanya pun berkumpul lagi di dekat tenda untuk mendengarkan pengumuman kelompok terbaik.
“Setelah insiden yang mendebarkan tadi, kini tiba saatnya, pengumuman yang tak kalah mendebarkan, dimana kelompok yang menang, khusus anggota ceweknya bakal dapat kencan khusus dengan saya .” Ujar Kak Jodhi minta digampar.
“Wuuuuu….” Ujar para cewek serentak, seolah bener-bener pengen gampar Kak Jodhi.
“Oke.. Oke.. Kalian gitu yah ama Kakak, entar Kakak nggak mau bantuin jaga lagi.” Ujarnya pura-pura merajuk.
Nih Kak Jodhi beneran pengen digampar kayaknya, tapi kocak juga sih gayanya yang nyeleneh gitu, keluar dari pakem orang normal kebanyakan.
“Dan…. Kelompok terbaik dengan iyel-iyel fantastis adalah… Jeng… Jeng… Jeng… Kelompok tempat orang bersemayam setelah dikubur.”
“ Hah? Emang ada yah Kak kelompok yang namanya sepanjang itu?” Tanya gw keheranan.
Semua orang menatap gw, seolah berkata pada gw, kalau gw tuh korban kelemotan otak. Tapi gw bener-bener sulit connect untuk hal-hal tebak menebak seperti ini.
“Aha… Kelompok peti mati yah Kak?” Ujar gw tiba-tiba mengagetkan yang lainnya.
Semua orang tumbang kesamping seperti di pilm-pilm, saking lemotnya gw. Hihihi.. Jangan salahkan Bunda mengandung diriku. Hehe..
“Kelompok Peti Mati adalah kelompok dengan iyel-iyel terbaik, penampilan mereka santun serta tidak memojokkan, nadanya sesuai dengan lirik yang dibawakan, hanya saja sayangnya, suara para anggota kelompoknya banyak yang bersuara fals, harus lebih banyak berlatih vocal pada Kakak sepertinya.”
“Wuuuuuuu…” Suara sorak-sorakan lagi diterima oleh Kak Jodhi. Mana ekspresinya nyebelin banget lagi, tapi gokil dah nih orang. Langka dan unik banget ada orang seperti ini.
“Kelompok terbaik mendapatkan bahan makanan sebagai berikut, silahkan dibacakan Nona delia.”
“Kelompok terbaik dalam Iyel-iyel akan mendapatkan sekotak mie instan kuah, beras 5kg, air mineral 10 botol ukuran 1500ml dan juga sosis, kembang tahu, dan sayur-syuran segar.”
“Bagaimana? Hadiahnya menarik bukan? Kalau mau dapet tuh hadiah, makanya, harus kerja lebih keras lagi lain kali. Baiklah, selanjutnya adalah pengumuman kelompok pembangun tenda terbaik dan juga pengumuman pengumpul kayu terbakar terbanyak.”
Setelah di umumkan ternyata kelompok gw nggak menang apa-apa dalam kategori itu, It’s hurt me and pren pren gw. Tapi nggak usah  bersedih lama-lama, karna toh, kami juga dapet persediaan makanan, yah walau nggak sebanyak kelompok pemenang.
Masalah yang muncul sekarang adalah bagaimana cara menghidupkan kayu bakar ini, susah banget buat diidupin. Apalagi kayunya basah karana hujan sebentar tadi, jadi karna keadaan basah itu, api sulit dinyalakan. Gw pun inisiatif buat ngambil minyak tanah, biar apinya cepet idup. Tapi Werry ngelarang, karna menurutnya, bau makanan akan beraroma minyak tanah jika kita membakar kayunya dengan siraman minyak tanah.
Gw pun mengurungkan niat gw itu, dan mempercayakannya pada Werry, dan benar saja, naluri alam liar nya pun terbukti berhasil, ia berhasil menghidupkan kayunya tanpa menggunakan minyak tanah. Ia mengumpulkan daun-daun yang tidak basah kena air hujan tadi, dan mengumpulkannya dibawah kayu bakar itu, baru kemudian menyulutnya dengan api. Hebat juga ni anak, sementara iu, kelompok lain menggunakan minyak tanah untuk menghidupkan apinya.
Setelah sejam bergulat dengan memasak makanan-makanan itu, kami pun lantas berhasil menyajikan makanan dengan bentuk yang sedikit tak karuan itu.
Hasil masakan kami adalah nasi goreng dengan keadaan menggenaskan bin menyedihkan, seperangkat sosis panggang yang disampingnya agak terbakar gosong, kemudian sup sayur-sayuran yang kelihatannya tak menyelerakan, tapi ini hasil masakan kelompok kami, so, kami bakal memakannya, dalam kondisi bagaimanapun. Masih mending ini jadi makanan, daripada nggak sama sekali, mengingat nggak ada yang bisa masak dikelompok gw.
Malam itu, kami menyantap makanan dengan sangat lahap. Makanan yang tak meyelerakan itu terasa begitu nikmat, so… Don’t judge the book from it’s cover.. Hehe
Kelompok lain mengeluh makanannya berbau minyak tanah, untungnya kelompok kami nggak, berkat Werry juga sih ini. Kalau seandainya tadi gw bener-bener ngelakuin itu, pastinya kelompok gw juga bakalan sama nasibnya.
Acara makan-makan pun berakhir, dan berganti dengan acara ‘Jurit Malam’. Para cewek terlihat belum siap dengan acara ini. Apalagi dalam kasus ini, para peserta cewek hanya boleh berdua saja dalam melewati jurit malam kali ini, sementara peserta cowok wajib sendiri dalam mengarungi jurit malam kali ini.
“Nggak adil dong Kak, masa cewek boleh bedua, sementara kami para cowok harus sendirian. Kita orang nggak juga nggak begitu kenal dengan daerah disini, kalau terjadi apa-apa sama kita bagaimana?”
Gw beserta cowok-cowok yang lain mengangguk-angguk setuju tanda mengiyakan, bagaimanapun kan jurit malam ini mengerikan untuk dijalani sendirian.
“Kalian tahu, kami para cewek,waktu mengikuti LKTD ini sebelumnya juga sendirian, padahal kami cewek, ini masih enak, para cewek boleh dikasih bedua, Nah kalian para cowok masa kalah sama kami.” Perjelas Kak Ros.
“Kalian ini cowok bukan?” Tereak Kak Delia lagi.
“Cowok.”
“Nah.. Kalian bisa teriak kalian cowok, sekarang buktikan dong.”
Akhirnya, mau nggak mau, suka nggak suka, ikhlas nggak ikhlas, para cowok pun menurut. Kalau bicara mengenai ketakutan, baik cewek maupun cowok adalah hal yang wajar, apalagi untuk menagarungi daerah asing yang belum pernah dilakukannya, apalagi, ini dilakukan pada malam hari. Tambah lengkaplah ketakutan ini.
Gw sendiri sebenernya ada sedikit ketakutan yang tersirat juga, tapi perasaan penasaran meliputi gw terlampau banyak, jadinya, rasanya pengen cepat-cepat menjalani itu semua. Rasa penasaran yang besar ini ditimbulkan karna gw sama sekali belum pernah melakukan jurit malam selama ini, otomatis, cerita-cerita dari temen-temen gw yang sebelumnya pernah ngalamin jurit malam, tambah sukses bikin gw makin penasaran lagi dan lagi.
Semua siswa-siswi yang mengikuti LKTD kali ini dikumpulkan di dekat tenda lagi. Disitu kami diberi pengarahan agar fokus terhadap jalan, agar nggak tersesat.
“Hari sudah malam, jadi saatnya, Jurit Malam akan segera dimulai. Sebelum memulai acara Jurit Mala mini ada baiknya untuk kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa mulai.”
Semua orang patuh terhadap arahan dan petunjuk dari Kak Jodhi. Dia yang biasanya gokil, malam ini nampak serius dalam memberikan arahan.
“Ingat… Kita ada di tempat orang, jadi jaga kelakuan kalian. Jangan pernah mengucapkan kata-kata kotor disini, jangan pipis sembarangan di sepanjang perjalanan kalian nanti.Pikiran kalian juga nggak boleh kosong, kalau itu sampai terjadi, kalian tahu sendiri konsekuensinya. Jangan lupa untuk mengikuti setiap tanda panah berwarna merah di sepanjang perjalanan, itu yang akan membimbing kalian menuju garis finish, jangan khawatir, di setiap post akan ada pertanyaan dan kuis yang harus kalian jawab, pertanyaan dan kuis itu akan diberi point untuk setiap pertanyaan yang benar, 5 orang dengan point tertinggi akan langsung lolos menjadi anggota OSIS, jadi………….!!” Suara Kak Jodhi makin terdengar samar-samar dan nggak jelas, mata gw bener-bener nggak bisa di ajak kompromi. Apalagi ngendengarin penjelasan yang panjang lebar dari Kak Jodhi malah bikin gw makin ngantuk, apalagi udara malam yang dingin makin membuai untuk mejemin mata nih mata sebentar aja. Nggak lama-lama kok. Tapi, tiba-tiba gw dikejutin oleh Kak Richie yang menangkap basah gw sedang curi-curi tidur di kala penjelasan Kak Jodhie.
“Woii….”
Gw kaget banget begitu di kejutkan Kak Jodhie, mata gw yang tadi nya tinggal 1 watt tiba-tiba langsung jreng begitu tubuh gw ini mendapat sengatan kejutan.
“Gawean lu tidur aja nih, dengerin tuh penjelasan Kak Jodhi.”
“Sorry kak, nih mata gw nggak bisa diajak kompromi, padahal udah berusaha untuk nggak tidur, tapi apadaya diriku Kak.”
“Jiah… Bahasamu nak, bikin Kakak mual.”
“Ma kasih Kak.”
“Dasar aneh.” Gerutu Kak Richie agak sebel dengan kata-kata gw. Sementara itu yang lainnya malah ketawa-ketiwi lihat tingkah gw yang ngeledek Kak Richie.
“Nah.. Sudah diputuskan, Alex yang akan mendapatkan giliran pertama dalam Jurit Malam kali ini.”
Astaga, walaupun gw penasaran dengan perjalanan jurit malam kali ini, tapi enggak secepat ini juga kali dapet gilirannya, shock jantung gw kali ini.
Tapi… Walaupun begitu, gw siap-siapin aja nih jantung buat nerima tantangan kali ini, coz menjadi yang pertama itu nggak mudah, adrenaline gw jadi terpacu gara-gara hal ini. Gw pun bersiap-siap untuk melakukan giliran jurit malam kali ini. Gw ambil senter dalam kantung jaket gw, dan menyalakannya. Tapi.. Tiba-tiba…
“Siapa yang bilang kamu boleh bawa senter? Apa kamu nggak ngedengerin penjelasan dari Kak Jodhie tadi?”
Apah? (Mulut berbusa-busa)
Beneran nggak boleh bawa senter? Matilah gw, gegara nggak ngedengerin penjelasan Kak Jodhie sampai akhir tadi, gw jadi kayak orang linglung mendengar kabar buruk ini. Hutannya kan gelep, gimana bisa jalan tanpa senter? Makin nyeremin aja nih Jurit Malam.. Huahhh..

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 31)

“Adek lagi bercanda ya?”
“Hah?” Tanyaku mengernyitkan dahi lagi.
“Iya, Adek pasti lagi bercanda.” Ujarnya seraya menahan senyumnya.
“Memangnya kenapa Mas?” Tanya Werry.
“Disini mana ada toilet, ada-ada saja.” Ujarnya menggeleng-gelengkan kepalanya, dan kemudian dia pergi. Meratap kepergiannya, gw dan kelompok gw yang lain ternganga lebar, ampe liur pun bertebaran, Hihihi.
Bener-bener sulit di percaya, bagaimana mungkin nggak ada WC disini? Seharusnya setiap tempat wisata itu harus di lengkapi dengan fasilitas yang lengkap, tapi mengingat tempat ini sepi dan agak berbeda dengan pantai kebanyakan, mungkin bagi sebagian orang udah nggak asing lagi, tapi tetap saja buat gw dan anggota kelompok gw yang lain, ini sangat menyiksa. Lalu kami mesti ganti pakaian dimana? Apa mesti di semak-semak? Kok rasanya nggak etis banget sih.
Akhirnya diputuskan juga, akan ganti pakaian di semak-semak dekat pantai itu. Anggota kelompok gw yang cowok dan cewek pun misah, kan nggak mungkin, ganti bajunya barengan, bisa timbul kedahsyatan nanti. Hihihi..
Setelah selesai berpakaian, kami pun langsung cepat-cepat menuju tempat berkumpulnya kelompok lain, malang tak dapat dihindar, beruntung pun menjauh dari kami, tempat itu tiba-tiba saja sepi, tak terlihat kakak-kakak OSIS itu maupun kelompok lain, pergi kemana sih mereka ini?
Kami pun menuju ke tenda-tenda, tapi mereka pun nggak ada disitu, lantas mereka pergi kemana? Apa mereka meninggalkan kami di pantai yang sepi dan sunyi ini sendirian? #Shock
Dikala keputusasaan dan tak keberdayaan kami itu, tiba-tiba salah satu senior kami datang dan menghampiri kami, tergambar dengan sangat jelas di wajah kami mengenai secercah harapan yang baru saja melintas di hadapan kami.
“Sedang apa kalian disini? Kelompok lain sudah mencari kayu dan ranting kering untuk nanti malam, kalian masih bersantai ria saja disini.”
Astaga, rupanya cuma lagi nyari kayu dan ranting kering aja toh, kami kira mereka meninggalkan kami disini.
“Tunggu apalagi, kalian masih mau bengong disini? Nanti malam kalian masak pake apa kalau nggak pake kayu dan dahan-dahan ranting kering?”
Kami segera bergegas mendengar senior kami itu berkata seperti itu. Kalau Cuma nyari kayu bakar mah kecil, kan pastinya banyak di daerah hutan-hutan dekat pantai seperti ini, nggak usah dicari juga pasti ketemu. Kami pun segera bergabung dengan kelompok lain begitu sesampainya disana. Tapi yang mengagetkan adalah kayu bakar mereka sudah sangat menumpuk, semetara kami masih belum ada sama sekali, mata-mata kami seolah-olah mau keluar begitu mendapati sangat sedikit sekali kayu bakar yang tersisa untuk kelompok kami.
Setelah waktu yang ditetapkan oleh para kakak OSIS itu berakhir, kami kembali dikumpulkan didekat tenda-tenda yang kami bangun.
Kumpulkan semua kayu bakar yang kalian dapatkan di hutan tadi. Kelompok dengan jumlah kayu bakar paling banyak akan mendapatkan rewards special berupa makanan lebih daripada kelompok lain. Kok pada diem saja, applause nya mana nih?”
Kami bertepuktangan riuh menyambut ucapannya kak Jodhie yang binasa saja, ya itung-itung amal ibadah lah. Hihihi.

“Selain kami akan mengumumkan kelompok pengumpul kayu bakar terbanyak, terlebih dahulu akan ada pengumuman kelompok dengan iyel-iyel terbaik dan juga kelompok pembangun tenda terbaik, siapa yang akan memenangkannya? Jangan kemana-mana, kami akan segera kembali dengan hasilnya setelah rembukan dulu.”
“Wuuuuu…” teriakan-teriakan membahana membanjiri kak Jodhi.
Kayak acara di Tipi aja pake ada acara commercial break segala, jadi nggak salah dong neriaki kak Jodhi, toh dia juga kayaknya enjoy aja, sekaligus bisa jadi ajang penyemarak suasana.
“Sudah-sudah.. Sekarang kalian siap-siap bersih diri dulu, hari sudah sore, kata Mama, nggak baik mandi malem-malem.” Ujar Kak Richie coba melucu kali yah.
“Mandi dimana Kak?” Tanya Ventory lagi.
“Mandi di sungai lah, masa mandi dilaut, deket sini ada sungai gitu.”
Lagi dan lagi, kayaknya ni anak takut mandi bareng, padahal mandi bareng gitu kan nggak mesti buka semua, hihihi. Tapi dimklumin juga sih, namanya juga anak cewek yang sedang dalam masa pubertas, kalau cerewet ma biasa aja sih, asal pada waktu dan tempat yang tepat saja.
Jadilah akhirnya, para cewek-cewek itu minta duluan giliran mandi, baru setelah itu para cowoknya. Ya ampun, takut bener sih, mana mungkin juga ngintip-ngintip nggak guna gitu, entar malah jadi bintitan lagi.
Mereka bergiliran sambil menjaga depan akses utama menuju sungai, sebagian mandi dan sebagian lainnya menjaga depan akses tersebut. Begitu juga seterusnya. Kami hanya bisa melihat dari kejauhan karna sama sekali nggak boleh ngedeket ke area itu, padahal area itu bukan milik bapak, ibu, nyokap atau neneknya. Ya… Begitulah cewek dengan segala keegoisannya (Dilempar panci).
Dari bisik-bisik tetangga cowok-cowok deket gw, nampaknya ada yang beritikad tidak baik. Karna, yang gw denger dari situ, ada akses lain menuju sungai itu yang nggak diketahuin oleh para cewek-cewek itu, jadilah para cowok heboh dengan hal ini. Ada yang menggebu-gebu mengajak yang lainnya ngintipin tuh cewek-cewek, ada juga yang melarang. Pokonya suasananya jadi gaduh dan ribut deh.
Akhirnya 3 orang siswa cowok yang nekad tetap berinisiatif untuk melancarkan aksi liciknya, gw perhatiin terus gerak-gerik mereka. Akhirnya gw putuskan untuk melapor pada Kak Jodhie. Kak Jodhie bilang untuk nggak langsung menyergap mereka, karna bisa saja mereka nggak ngaku pas ditanya, jadi ketika mereka akan melancarkan aksinya, barulah kami pergoki berdua, dengan begitu, saat mereka sudah tertangkap basah mereka tidak akan bisa berkilah lagi.
Baru saja gw dan Kak Jodhie mengikuti mereka, tapi tiba-tiba mereka lenyap dari pandangan mata kami.
“Mereka kemana Lex?”
“Nggak  tahu Kak, mereka cepat sekali jalannya. Gimana nih Kak? Apa kita bakal cari mereka bertiga terus.”
“Kamu tahu jalan akses lain menuju sungai?”
“Gw… Eh.. Maksud saya, nggak tahu kak. Kesini aja baru pertama kali.”
“Oke… Kita terus cari mereka sampai ketemu, hal ini tentu membahayakan juga buat para siswa cewek lain. Bisa-bisa, mereka bertiga dilaporkan ke polisi atas tindakan mereka ini.”
“Tapi, kami kan belum 17 tahun Kak, emang sudah bisa dipidanakan yah?”
“Lu… Eh… Maksudnya kamu, belum pernah dengaer penjara untuk anak-anak usia di bawah 17 tahun apa?”
“Belum Kak.”
“Ah… Payah kamu Lex.” Ujar Kak Jodhie terkikik.
“Kita balik aja deh Kak, siapa tahu mereka malah udah balik.” Ujar gw member saran.
“Okelah kalau begitu.”
Sesampainya disana, ternyata mereka bertiga udah balik aja disana, nampaknya mereka tahu kalau kami ngikutin mereka, sehingga niat licik itu akhirnya mereka urungkan.
Ngomong-ngomong soal para siswi cewek itu, mereka mandi lama sekali sih, udah hampir sejam belum kelar-kelar juga. Hari udah mulai tambah gelap juga. Apa sih kerjaan mereka. Nyamuk-nyamuk juga mulai bertebaran sepanjang kami memandang, dengungannya biikin ngeri saja. Untungnya kami disuruh membawa lotion anti nyamuk sebelum pergi, tapikalau digunakan sekarang tentu saja mubazir, karna sebentar lagi, giliran kami yang mandi.
“Tolonggggggggggg………..”

WARNA-WARNI KISAH PUTIH ABU-ABUKU (JILID # 30)


Strategi gw berhasil dan sukses bikin kami bekerja sementara di Gudangnya paman Irwan.
“Sekarang, kalian angkut beras-beras itu masuk kedalam truk.” Perintah paman Irwan.
Semuanya menatap gw dengan pandangan sinis.
“Kita disini ini buat kerja atu minta izin sama pamannya Irwan sih?” Gerutu Reo.
“Kita tuh harus punya siasat untuk mengambil hati pamannya irwan. Kalau kita bisa ngambil hatinya paman Irwan pastinya minta izinnya juga akan jadi lebih lancar dong.”
“Bener juga kata si Alex.” Ujar Vicko mengangguk setuju sedari mikir-mikir juga.
“Ya sudahlah, gw nggak mau ngerepotin kalian. Nggak apa-apa kok gw nggak ikut.”
“Elu ngomong apaan sih wan? Kita disini tuh karna mau ngebantu lu. Jadi jangan menyerah sebelum berperang gitu dong.” Ujar gw menyemangati Irwan.
“Tapi… Paman gw itu keras kepala dan teguh sama pendiriannya. Jadi walaupun kita ngelakuin hal ini, belum tentu dia mau ngasih izin ke gw.”
“Nah, kalau belum dicoba udah bilang nggak mungkin itu sama aja kayak pecundang.”
“Okelah,terima kasih banget untuk kalian semua.Apapun hasilnya,kita nggak boleh nyerah.”Ujar Irwan menyapu air mata terharunya dikedua pipinya yang sedikit dekil XD.
“Nah.. Gitu dong, itu baru namanya jiwa seorang petarung.”
Akhirnya, kami menghentikan pembicaraan kami dan mulai bekerja. Setelah 2 jam bergulat dengan karung-karung berat itu, pada akhirnya pekerjaan kami selesai juga tepat waktu. Walau dengan banjir peluh, walau dengan debu dan polusi, walau dengan keadaan capek banget, perjuangan kami selesai juga.
Kami pun menemui paman irwan untuk ngasih kabar ini.
“Paman, kita udah selesai dengan pekerjaan kita.” Ujar gw berapi-api ( Mungkin bisa jadi sumber api olimpiade Beijing nih.. Hihihi).
“Terus kenapa memangnya kalau sudah selesai? Kalian minta imbalan?”
“Bukan begitu paman, kita orang ikhlas kok dengan bantuan ini. Cuma….”
“Cuma apa? Pasti ada udang dibalik bakwan.”
“Begini paman….”
“Begini apanya?”
“Kita…… Mau……”
“Mau apa?”
Gw meneguk air liur gw ampe berkali-kali sampai akhirnya gw siap untuk ngomong.
“Paman sudah tahu, disini kalian bantu paman karna ada seseuatu kan? Ya sudah, katakan aja ada hal apa.”
Senyum merakah mengembang kayak kue bolu Nampak semua diwajah kami.Dan pada akhirnya, Irwan dapat izin juga kali ini. Perjuangan kami nggak sia-sia dan akhirnya berbuah juga ( Coba buahnya apel, melon, atau yang lain, kan lebih enak gitu).
HARI LKTD TIBA…
Semua anggota OSIS dan juga calon OSIS (nunjuk diri sendiri) berkumpul di lapangan upacara.Dan kami harus cuti dulu dari kegiatan belajar-mengajar selama 2 hari, karna LKTD dimulai dari hari jum’at – minggu.
Pertama disitu, akhirnya kelompok-kelompok dibagikan juga. Sedikit menyusahkan sih, kalau kelompok mesti dibagi pada hari- H seperti ini.Harusnya bisa lebih efisien daripada ini, tapi ya sudahlah, toh mereka yang jadi OSIS bukan gw, gw kan cuma calon aja.
Setelah dibagikan, gw mesti kepisah sama temen – temen terbaik gw, tapi pembagian seperti ini pasti ada gunanya pasti. Biar kita tuh kenal juga sama anggota OSIS yang lain.
“Temen – temen, gw tau kalian pasti beraat banget buat kepisah ma gw (narik ingus), tapi peraturan tetep peraturan, kita nggak bisa menolak ini, meski kita harus kepisah sementara waktu (sambil terpejam), kita harus kuat (membuka mata).”
Apa-apaan ini, mereka malah udah ngehilang dari pandangan gw, kemana mereka? Dasar mereka semua, tidak memperdulikan gw lagi. Mungkin mereka nggak kuat menatap gw kali yah, makanya langsung ngehindar, pasti kejadiannya seperti itu (Meyakinkan diri sendiri).
“Kalian semua bergabung dengan anggota kelompok kalian yang lain.Sekarang !!! “
“ Jangan teriak dong ci, kita nggak budeg kok. Iya nggak teman – teman?” seru Ferdy lagi.
“Iya.” Seru kami mendukung Ferdy.
“Sekali lagi kamu atau yang lain manggil saya ci, kalian bakal saya hukum. Denger nggak?”
“Denger nggak kata ci Sheren?” Ujar Jody yang juga senior OSIS.
“Katanya nggak boleh panggil ci? Nah, kakak Jody sendiri panggil ci sama kakak Sheren.” Ujar Ferdy lagi sambil nyengir.
“Suka – suka saya dong. Saya kan OSIS disini, ingat yah, nggak boleh manggil cici ataupun koko disini, nggak boleh ngomong gw ataupun elu disini, disini pakai saya atau kamu. Nggak boleh ngomong jorok selama disana, ingat, kita LKTD di pantai dekat hutan, jadi hargai penghuni yang udah ada disana terlebih dulu.”
“Penghuni siapa kak?” Tanya gw spontan.
“Penghuni itu adalah mereka. Mereka yang sudah ada bahkan sebelum kita lahir, mereka yang sudah ada sebelum dunia terbentuk. Mereka yang ……. “
“Sudah Jody, kamu jangan menakut-nakuti anak-anak baru ini.” Seloroh kak Sheren lagi.
“Baiklah, sekarang tugas pertama kalian sebelum kita pergi ke tempat tujuan kita, masing-masing kelompok diwajibkan dan diharuskan (sambil melotot) membuat iyel-yel kelompok, dan kelompok terbaik akan mendapatkan bahan makanan terbaik juga daripada yang lain, mengerti? Waktu kalian 15 menit untuk melakukan itu.”
Gw segera kembali ke kelompok gw, dan semuanya merupakan bauran anak kelas lain, anak kelas gw nggak ada satupun (masang muka sedih), yang gw kenal hanya Asan (Temen SMP gw) yang ternyata juga ikut LKTD ini.
“Baik temen-temen, sebelum kita mulai buat iyel-iyel kelompok, kita harus mengenal dulu satu sama lain.” Ujar gw membuka sesi percakapan.
“Kita semua sudah saling kenal kok.”
“Hah?” Mata gw terbelalak sampai-sampai mau keluar.
Kemana aja lu lex selama ini, masa hanya kenal dengan anak satu kelas aja sih? Harus dirubah nih tandu-tindak yang kayak begini.
“Oke, karna kita belum pada kenal, gw perkenalkan diri dulu.”
“Elu Alex kan?” Tanya seorang gadis cantik disitu dengan tersipu malu.
Bagaimana dia bisa tahu nama gw, apa gw begitu populernya sampai-sampai semua gadis disekolahan kenal ama gw.
“Tau darimana?” tanyaku malu-malu.
“Elu kan yang kemarin sembunyi dikelas 1pj2 kemarin kan? Waktu ada Pak is?”
Astaga, rupanya dia inget kejadian mendebarkan itu. Gw kira, dia tahu gw, karna gw …. Ah sudahlah, nggak penting juga.
Setelah itu, gw akhirnya tahu nama mereka walau kadang-kadang masih tertukar manggil mereka.Dan bicara soal kelompok ini, kenapa juga nama kelompok gw itu ‘Bunga bangkai’? Nggak  ada keren-kerennya juga. Kenapa nggak bunga sakura gitu ka Japanese banget, atau bunga tulip gitu, kan Netherland banget. Lah ini, bunga bangke, sama sekali tidak menunjukkan kharismaku sebagai idola popular satu sekolahan. Hihihi..
Sebenernya mau protes nih tentang nama ini, tapi mengetahui nama-nama kelompok lain, niat mulia ku ini kuurungkan juga akhirnya. Nama kelompok depan gw malahan ‘Peti Mati’ serem bener kan? Apa menyesuailan sama anggota kelompoknya yang nyeremin semua? Hush.. Ngatain orang itu nggak baik. Tapi sekali-kali dimaafkanlah.
Setelah berdiskusi panjang lebar, pada akhirnya kami memilih sebuah iyel-iyel unik nan menggelitik bin menggelikan. Irama iyel-iyelnya sih ngambil dari sebuah lagu yang popular, lagu itu tak lain dan tak bukan serta tak salah adalah (Genderang berbunyi kencang… Deng.. Deng… Deng…) Jablay… (Tetot).
Kenapa milih lagu jablay? Apakah karna para anggotanya yang unyu ini haus akan belaian, sepertinya demikian (ditimpuk anggota lain).
Beginiliah lirik amatiran dari sebuah karya yang professional (Tepuk tangan meriah membahana)
Bang … Eneng… Ikut kami berdendang yuk… (Yihaaaa……)
Waktu tamasya di padang pasir (Padang pasir = Lapangan upacara)
Darah kami mengalir berdesir-desir (Aseekkk banget kan?)
Lihat kelompok lain nyengir…
Dalam ati kami biarin…

Nggak kerasa udah disini
Panas, debu tak kami peduli
Hanya demi LKTD yang berarti
Kami relakan kulit jadi begini

Bangke… Bangke… bangke…
Biarin nama kami Bangke
Asalkan yang penting, hati kami ga bangke…
Bangke… Bangke… Bangke…
Biarin nama kami bangke
Asalkan yang penting, mereka (nunjuk kelompok lain) juga Bangke.
“Woooooo…. ”, Teriak Kelompok lain histeris. Kertas-kertas pun ikut menari-nari diudara mengarah pada kami, entah darimana datangnya kertas-kertas itu. Gw pun nggak begitu memperhatikan lagi. Hihihi…
Setelah semua kelompok maju menunjukkan iyel-iyelnya, kami pun akhirnya diberangkatkan juga menuju medan perang (eh… maksudnya tempat LKTD). Satu persatu kami naik keatas tronton, tapi kenapa sih kalau ada acara begini selalu make tronton, sekali-kali pakai Mersi atau minimal Ferarri kek, kalau gw nggak ikut, mungkin bolehlah pake tronton (Dilempar pake panci).
Para awewek labil pada teriak-teriak gajebo lagi, teriaknya yang merdu coba (Emang nyanyi). Ada yang teriak panas, ada yang gak tahan gerah, ada yang bilang mual. Kalau mau dirasain, semua juga ngalamin kali, tapi pandai-pandainya kita aja kali untuk ngendaliin diri. Kenapa sih ‘wanita’ itu mesti seekspresif itu? (Ditonjok semua wanita yang singgah di blog ini).
Mau tidak mau, suka ato nggak suka, seneng ato ga seneng, akhirnya tronton kami pun dijalankan. Setelah tronton berjalan, akhirnya ada juga angin segar yang menerpa wajah dan pipiku yang unyuu unyuu ini. Lumayan segarlah untuk keadaan seperti ini, udah desak-desakkan, bau keringat dimana-mana pula (Kok sekarang gw yang jadi ngelu XD).
“Pletak!!!”, Suara ban pecah terdengar sangat nyaring, semua yang ada dalam tronton otomatis terkejut.