Selamat Bergabung

Kadang-kadang usilnya nggak ketulungan..tapi kadang-kadang,jahilnya kebangetan.Penuh canda tawa,suka duka dan kebersamaan diantara mereka selama 3 tahun ini.Dibumbui kisah persahabatan dan juga percikan asmara.Bagaimana jadinya?

Banner this blog

Sabtu, 22 Oktober 2011

MALAIKAT TRAINING (Finalis Cerpen ajang Fantasy Fiesta 2011)

Selamat siang Gokilers...
posting kali ini spesial,bukan lanjutan chapter 25,melainkan cerpen spesial yang diikutkan dalam ajang Fantasy Fiesta 2011.semoga terhibur..
Created by : Vicko Silvando



MALAIKAT  TRAINING


Zaman sekarang kamu masih percaya pada malaikat tidak? Nggak sedikit yang meragukan kehadiran kami. Bahkan nggak sedikit juga yang percaya dan kemudian berharap punya malaikat yang akan membantu mereka menghadapi dilema dan problematika hidup ini. Karna hidup ini keras bung! Yeah.
Dan perkenalkan, Aku adalah seorang malaikat dari dimensi dunia lain. Namaku Adit atau biasa dipanggil ‘Malaikat tak bersayap’. Julukan itu begitu saja muncul lantaran aku nggak punya sayap. Sayapku diambil oleh Raja Malaikat karna aku pernah berbuat sebuah kesalahan besar yang menurut bangsa kami itu dilarang. Bahkan, hampir saja aku mau dilempar ke jurang penderitaan dunia, yaitu lahir sebagai manusia. 

Kenapa aku menyebutnya sebagai jurang penderitaan? Karna sifat dari kebanyakan manusia itu sendirilah yang membuat mereka menderita. Tapi aku tak menyebutkan semua manusia seperti itu, mungkin masih ada manusia lain yang masih punya segudang kebaikan. Untungnya kali ini aku masih diberi kesempatan satu kali lagi untuk menjaga reputasi malaikat dan aku tidak akan menyia-nyiakannya.

Bicara soal dunia malaikat aku ingin memberikan sedikit informasi saja tentang jenjang malaikat. Oke.. 

Pertama-tama aku akan memberikan informasi tentang diri sendiri dulu. Aku adalah malaikat jenjang tiga sebenarnya, sayangnya karna kesalahan besar itu (yang juga membuat aku hampir dihukum), aku turun pangkat lagi menjadi malaikat training. Maka, sukseslah sayapku disita untuk sementara. Sebenernya, sakit banget rasanya jikalau aku harus kehilangan sayap ini, tapi apa daya diriku ini, aku hanyalah seorang malaikat jenjang tiga yang akhirnya malah diturunkan lagi menjadi malaikat training. Kisah hidupku memang sangat memilukan.Tapi aku terus berusaha tegar menghadapinya, karena aku yakin suatu saat nanti aku akan jadi senior malaikat yang melegenda di dunia permalaikatan ini.

Sebagai informasi saja, jenjang tertinggi dalam dunia kami yaitu senior malaikat atau sejajar dengan jenjang 50. Bayangkan saja, saat ini saja aku masih berada jenjang 1, kapan bisa mencapai jenjang 50? Sedihnya hidup ini.

Bicara soal tugas pekerjaan malaikat, sudah 6 polo ini aku tidak mendapatkan tugas sama sekali, kalau begini terus kapan aku bisa naik jenjang? Oh yah bicara soal polo, kalau dalam dunia manusia, Polo itu sama dengan Bulan. Jadi aku sudah menganggur selama 6 bulan. Kerjaanku selama itu hanya makan-tidur-makan saja.

Pagi-pagi buta ini aku dibangunkan alarm terompet sebesar sedan yang berbunyi dengan sangat kencang. Tak tahu kenapa aku alarm setiap malaikat bisa sebesar itu, setiap itu berbunyi sungguh membuat sakit telinga.Aku sendiri sih yang mengaturnya untuk berbunyi lebih awal soalnya hari ini ada pembagian job baru untuk malaikat tingkat training makanya aku bisa bangun lebih awal dari biasanya.Semua malaikat yang berkumpul adalah para malaikat pemula kecuali aku. Malaikat pemula bisa saja berasal dari manusia yang tulus hatinya ataupun makhluk hidup lain yang dianggap layak dan pantas untuk menjadi malaikat.

Akhirnya aku pun bergegas pergi ke ‘The Grand Angel Auditorium’ ini adalah sebuah tempat untuk mengumumkan berbagai hal. Tempatnya lumayan luas dengan tiang-tiang raksasa memanjang disepanjang koridornya. Akupun lantas berbaris diantara para Malaikat Training lainnya. Setelah lama menunggu antrian akhirnya tiba juga giliranku.

“Malaikat Training Adit.”

“Ya”  Ujarku menjawab.

“Sebenarnya, ini bukan tugas kamu. Tapi karna para malaikat lain sedang punya job lain, maka job ini kuserahkan padamu.”

Apa maksudnya coba bicara seperti itu padaku? Apa ingin membuat martabatku yang sudah jatuh ini jadi makin jatuh lagi. Tapi ya sudahlah. Life must go on..Asyikk..

“Apa tugas saya Senior?”

“Tugas kamu dapat kamu lihat dalam lembaran kertas ini. Baca peraturannya dengan cermat. Baru setelah itu kamu bisa kembalikan kontrak ini kembali lagi kesini beserta tandatanganmu”

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung nyelonong tandatanganin saja nih kertas kontrak. Dan dengan senyuman teramat lebar (sampai-sampai lalat saja bisa masuk mungkin), aku pun menyerahkan kertas itu pada Senior malaikat itu lagi.

“Sudah kamu baca?”

“Belum.”

“Terus kenapa kamu kembalikan begini cepat?”

“Saya terlalu senang Senior.”

“Kamu memang ceroboh. Sudah… Pergi sana.”

Besok aku resmi bertugas. Tapi aku saja belum tahu apa tugasku, namun yang pasti aku pasti bisa menikmatinya dan akan berusaha yang terbaik. Karna sudah lama juga aku nganggur tidak ada kerjaan. Luntang-lantung di dunia permalaikatan. Kalau di dunia manusia mungkin biasa dikenal dengan Gembel Permalaikatan.
***

“Aku mau mati saja. aku sudah tidak sanggup menanggung beban hidupku yang begini beratnya. Lebih baik aku loncat saja dari sini. Itu pasti bakal ngeakhirin beban hidupku.”

“Yakin kamu mau lompat.” Tanyaku datar.

“Iya.. Aku yakin.” Jawab gadis itu.

“Kenapa kamu mau loncat dari sini?”

“Aku malu akan hidupku sendiri yang penuh dengan penghinaan dan kegagalan. Pacarku selingkuh dengan sahabat karibku sendiri dan aku malah dipecat dari kerjaanku, keluargaku hancur berantakan. Apa aku masih bisa bahagia dengan keadaanku ini?”

“Mau lompat. Ayo lompat sana.” Ujarku memanas-manasi gadis itu.

“Kamu siapa? Kenapa bukannya menahanku melakukan itu malah mendorong-dorongku  untuk lompat dari atap gedung ini?” Nampaknya gadis ini mulai sadar dengan kehadiranku sendiri.

“Aku? Aku? Aku?” Ujarku mengoloknya.

“Ya siapa lagi kalau bukan kamu.” Ujarnya dengan nada sedikit keki.

“Aku hanya penonton  yang sedang butuh sajian acara menarik saat ini, kalau kamu lompat, nantinya kan aku bakal rekamin di Blackberry dan bakal masukin ke Youtube. Bisa-bisa kamu malah terkenal nanti kayak Sinta dan Jojo atau Briptu Norman.”

Gadis itu diam tak bergeming, dia masih saja diam mematung dipinggiran gedung itu. Tak lama, secara perlahan-lahan dia mulai mundur dari tepian gedung. Dia menekuk kedua kakinya dalam keadaan duduk.

“Kenapa nggak jadi?”

Dia hanya menangis saja, wajahnya tak kelihatan lagi karna ia merunduk, sehingga rambutnya yang mengurai panjang menutupi wajahnya.

“Apa kamu takut?”

Dia masih saja menangis tak karuan, malahan tambah menjadi-jadi tangisannya. Aku menjadi sedikit iba, tapi bukan aku namanya jika harus berkata-kata lembut untuk menyadarkannya. Hidup ini keras Bung, Yeah..
Yup, Inilah Job-ku yaitu untuk membantu semua permasalahannya.Triiinggg….

“Angkat kepalamu.” Perintahku padanya dengan suara lugas.

Dia masih tetap dalam keadaannya yang tadi, seolah tak mendengarkan perintahku.

“Angkat kepalamu dan bangkit!!” Aku makin membesarkan suaraku.

Gadis itu berusaha menahan tangisannya dan menghapus airmatanya dengan saputangan kecil berwarna biru keunguan. Perlahan ia bangkit dan berdiri lagi dan menatapku dengan pandangan yang tajam.

“Sekarang kamu boleh teriak sekencang-kencangnya dari atas gedung ini, kamu boleh nyurahin semua yang ada di hatimu. Keluarkan kata-kata yang mau kamu ungkapkan sesuka hatimu karena terkadang, kita bisa lebih lega setelah mencurahkan semua yang kita pendam.”

Ia mulai beranjak pergi ke tepian gedung mendengar kata-kataku. Aku panik, takut ia mau bunuh diri. Gawat nih, reputasiku makin memburuk kalau sampai client pertamaku tewas bunuh diri gara-gara aku.
Tapi ternyata tidak demikian, malahan ia seperti terhipnotis dengan perkataanku yang menyejukan ini. 

Padahal aku sedang tidak memakai sihir atau apapun juga. Mungkin ketampanan dan pesona diri ini yang membuatnya menurut begitu saja.

“Kamu bodoh Risky… Kamu bodoh Risky.. Kamu bodoh karna sudah meninggalkanku. Kamu juga bodoh karna tidak memilihku. Kamu akan menyesel dikemudian hari dan perlu kamu tahu aku tidak membutuhkanmu lagi, aku tidak butuh sampah sepertimu.” Teriaknya panjang lebar sampai urat dilehernya seperti mau meronta-ronta hendak keluar.

Aku pikir gadis ini sudah selesai dengan pidato panjang lebarnya, namun ternyata masih ada kelanjutannya. 

Mari kita dengarkan season keduanya ini. Berbakat jadi politikus nih kayaknya.

“Aku akan lebih sukses dari sekarang Bos.. Suatu hari, aku akan jadi seseorang yang dihormati dan disegani dan kamu akan rugiiiiiiiiii………!!!”

Wuih, season kedua dia bahas tentang pekerjaannya, sepertinya diseason ketiga dia akan membahas para pembantu dan tukang kebunnya.

“Ma…….. Pa... Kenapa kalian harus bertengkar setiap hari? Aku bahkan tidak pernah hidup normal seperti anak kebanyakan, aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari kalian. Aku bahkan ….” Dia seolah tak kuat untuk melanjutkan kata-katanya.

“Aku bahkan tidak pernah diambilin rapotnya oleh kalian waktu sekolah, saat aku wisuda, bahkan kalian berdua tidak datang.” Ujarnya lirih.

Setelah mendengarkan keluh kesahnya selama tiga season dan untungnya tidak berlanjut ke season 4 seperti Kemilau Cinta Kamila, aku menatap kearahnya dan merangkul pundaknya. Tapi tiba-tiba sebuah tinjuan mendarat di pipiku dengan sempurna. Yang benar saja, masa seorang malaikat ditonjok manusia? Aku kan tidak bermaksud mesum,aku hanya ingin menenangkannya.

(Rules#01 : Client Malaikat training dapat melukai Malaikatnya sendiri).

Ini akibatnya jika aku tidak baca kontrak dengan cermat dan main tandatangan begitu saja. Kalau aku baca kan setidaknya aku masih bisa protes dengan rules pertama ini. Parahnya lagi, client pertamaku ini sadis sekali, tega-teganya ia melukai wajahku yang tampan tiada tara ini.

“Aduh.. Kenapa aku ditonjok?”

“Kamu masih bertanya kenapa aku nonjok kamu? Kamu punya pikiran nggak sih? Dari awal kamu tuh sok kenal denganku, pakai acara ngerangkul-ngerangkul lagi. Jangan kurang ajar yah. Dasar cowok mata keranjang, bisa-bisanya mencari kelebaran dalam kesempitan.”

“Astaga.. Galak amat si Mbak.”

“Mbak-mbak, memangnya muka aku sudah tua apa sampai panggil Mbak. Apa ada tampangku buat jadi Embak-embak?”

“Ada.” Ujarku dalam hati, kalau sampai aku ngucapinnya bisa-bisa tonjokkan kedua mendarat di sebelah pipiku lagi.

“Lalu aku mesti panggil kamu apa?” Tanyaku mengernyitkan dahi dan menghentakkan gigi.

“Panggil aku Chika.” Ujarnya lagi. Dia pun berlalu dari pandanganku dan lantas langsung pergi begitu saja seenak udelnya setelah pertolonganku tadi.  Kalau nggak ada aku kan, dia udah end tadi.

Baru kali ini aku lihat manusia aneh, tadi saja mewek-mewek hampir mau mati, eh.. Pas balik normal sudah seperti singa saja. Bakal kesusahan nih diriku yang menggemaskan ini kalau clientku seperti ini terus. Tapi bukan Adit namanya jika tidak bisa menaklukan client pertamaku ini.

***

Aku lihat chika sudah kembali ke rumahnya. Rumahnya lumayan besar dengan pekarangan dan taman yang luas, sepertinya Chika adalah anak orang kaya. Sebuah kenyataan yang cukup mengagetkan, karena tadi ia bahas soal bossnya yang mecat dia. Aku langsung masuk ke kamarnya. Chika terkejut begitu membuka pintu karna aku sudah terlebih dahulu sampai. Matanya seolah terbelalak mau keluar begitu melihat penampakanku. Harusnya kan dia seneng, aku kan bukan makhluk halus yang nyeremin.

“Kamu … Kamu lagi.” Ujarnya ketus.

“Iya.. Ini aku, aku lagi.”

“Aku langsung to the point max saja ya, aku ini malaikat yang diutus dari dimensi malaikat sana untuk melindungi dan menjagamu.” Ujarku berkharisma menggoda.

“Hah? Malaikat? Kalau gitu aku bidadari.”

Kenapa dia tidak mempercayaiku? Padahal kharismaku itu sudah mengena sekali pastinya, apalagi bagi kaum adam yang menyaksikan perkataanku tadi. Eh, maksudnya kaum hawa.

“Aku benar-benar malaikat yang ditugasin buat bantu menata kembali hidupmu yang sudah hancur seperti mukamu itu.” Ujarku membalas perkataannya walau hal itu kontras dengan fisiknya yang kinclong..

“Haahhaaa…” Chika ketawa kayak orang stroke.

“Kenapa kamu tertawa menyeramkan seperti itu?”

“Nggak apa-apa kok. Aku tuh ngerasa lucu saja ngedengerin omonganmu itu. Mana ada malaikat yang tidak nggak bersayap kayak kamu? Di tv-tv tuh, malaikat selalu punya sayap. Nah, sayapmu mana? Sayapnya dirazia polisi gara-gara sering mangkal diperempatan ya?” Ujarnya terkikik.

“Aku ini Malaikat Training.”

Chika makin tertawa terbahak-bahak menanggapi perkataanku barusan. Mungkin dia menganggapku sedang bergurau ria dengannya.

“Malaikat Training? Eh.. Memang kamu pikir pegawai kantoran sampai ada istilah training segala. Jangan bohong deh. Kalau mau bohong yang pinterin dikit dong. Aku tahu kamu pasti maling atau rampok kan? Atau jangan-jangan kamu ini sindikat penculik yang mau menculikku?”

“Astaga, mana ada sih penculik berkharisma sepertiku ini.” Chika berancang-ancang kuda, menyiapkan dirinya seolah-olah aku hendak menyerangnya.

“Teriak saja sesuka hatimu. Karena nggak ada yang bisa melihatku selain kamu. Lagipula aneh banget sih kamu ini, harusnya kamu teriak kalau aku ngaku aku memang penculik. Ini bakalan teriak kalau aku tidak mengaku.”

“Kamu pikir aku sedang bercanda apa?…. Mbokkkkkkkkkkk…..”

Namun sama sekali tidak ada jawaban atas panggilan Chika barusan. Mungkin,pembantunya lagi dangdutan 
dikamarnya atau mungkin lagi pacaran dengan pembantu tetangga sebelah. Maybe Yes Maybe No, Who knows?.

Chika terlihat agak gusar karena panggilannya itu tak kunjung bersambut. Lelah dengan hal itu, kini ia mulai mereda dan mungkin bisa diajak berkompromi.

“Kamu benar-benar malaikat?” Tanyanya dengan sorot mata menggoda.

“Aku kan sudah bilang daritadi. Apa masih kurang jelas perkataanku tadi?” Balasku dengan tatapan tak kalah menggodanya. Ketika kutatap seperti itu, Chika makin beringas saja.

“Biar kutatap dulu dirimu.” Ujarnya mulai memegang pundakku.

“Mau menatap apa memangnya?”

“Wajahmu putih mulus tak bernoda, bahkan sama sekali tidak ada flek atau jerawat. Pakai obat apa ya? Aku juga mau pakai.”

“Di duniaku tidak ada yang namanya polusi seperti bumimu ini. Tempatku bersih dan terjaga karena kesadaran para bangsa kami sendiri, tidak seperti kalian yang malas dan jorok.”

“Sudahlah, kenapa malah melenceng jauh seperti ini.”

 “Kamu yang mulai duluan malah kamu yang ingin mengakhiri.”

“Terlalu sinetron.” Ujar chika yang lantas melepaskan pegangannya.

Dan semenjak hari ini, aku resmi menyandang predikat sebagai malaikat pendamping Chika. Mau nggak mau, suka nggak suka, sekarang kami adalah sebuah kesatuan. Dimana ada Chika disitulah akan ada diriku. Kecuali ruang privasi dia seperti kamar mandi ataupun kalau dia ganti baju. Aku mana mungkin masuk walau hati berkata lain, hanya bercanda saja jangan ditanggapi serius begitu nantinya yang ada aku malah mendapatkan julukan sebagai malaikat mesum lagi. Makin buruk saja nanti reputasiku yang sudah buruk ini, sudah kejatuhan tangga masih ditimpa beton lagi (sudah menyandang predikat malaikat training,masa mesti menyandang malaikat mesum).

***

Seminggu telah kulewati bersama Chika dan selama ini pula, aku bisa tahu masalahnya dengan lengkap tanpa ada yang tertinggal satupun. Perlahan tapi pasti dia mulai biasa dengan kehadiranku yang chubi dan imut ini. Dan tugasku sekarang ini sebagai malaikat chika adalah membantu dia menyelesaikan masalah-masalahnya. Tapi bukan seperti di sinetron-sinetron, yang dengan sekali ayunan tongkat peri dapat menyelesaikan semuanya. masalahnya, ini adalah masalah hati, jadi sihirpun tidak bisa mengatasinya. Lagipula aku nggak punya tongkat perinya.”

“Mal.. Aku kehausan sekali, sudah hampir mau mati rasanya. Bisa kan dirimu bikin popcorn dengan magismu?”

“Dasar oneng kamu. Haus minum popcorn, kalau haus tuh makan nasi.”

Terdengar tawa meledak dariku dan chika, sama-sama gila dan humoris, ya cocoklah. Tapi masih ada masalah sepeleh yang aku tidak sukai dari  dia yaitu dia suka manggil namaku seenak udelnya ‘Mal’. Padahal aku sendiri kan punya nama keren, oke dan menjual sekali A-D-I-T. Tapi dipanggilnya’Mal’ jatohnya kan seperti jadi pusat perbelanjaan.

“Kenapa kamu? Kok bermuram durja saja?” Ujarku menggoda chika yang tiba-tiba saja jadi diam membisu.

“Aku sedih Mal.”

“Sedih kenapa? Untuk apa hidup itu disedih-sedihkan? Hidup sudah susah jangan dibikin susah lagi.”

“Aku sedih kalau memikirkan hidupku yang seperti ini saja. Sekarang sudah lewat seminggu saja semenjak aku memungutmu. Tapi sampai saat ini masalahku masih saja stagnan.”

“Selamanya kamu tidak akan bisa keluar dari permasalahan ini, jika kamu tidak merubah cara berpikirmu sendiri. Kamu tuh periang dan sedikit gila, tapi kenapa saat bersama keluarga kamu sendiri, kamu jadi pendiem dan murung? Harusnya kamu tuh berusaha mendekatkan diri dengan mereka walau apapun yang terjadi dan bukan malah menghindari mereka.”

“Aku bukannya mau bersikap seperti itu Mal. Tapi aku bisa seperti itu karna keadaan yang memaksaku. Aku tidak pernah merasakan kasih sayang ataupun kedamaian dari mulai aku kecil sampai seperti sekarang ini. Mereka selalu bertengkar oleh masalah-masalah sepeleh.”

“Apa kamu pernah membicarakan isi hatimu pada mereka?”

“Jangankan untuk bicara, bertemu mereka saja jarang. Setiap bertemu malahan mereka bertengkar lagi dan lagi.”

“Itu juga kesalahanmu.”

“Kenapa salahku?” Tanyanya dengan wajah cemberut minta digampar.

“Kamu tidak pernah berusaha nntuk bicara ke mereka. Kamu cuma pasrah saja dengan keadaan. Kenapa kamu tidak berusaha mendamaikan mereka? Kenapa kamu tidak berusaha untuk bicara tentang isi hatimu?”


***

Kejadian hari itu berlalu begitu saja tanpa ada respon dari Chika. Namun entah kenapa,hari ini dia begitu ceria, tidak ada lagi raut wajah kesedihan yang tersurat diwajahnya. Tidak ada lagi wajah sedih seperti ayam potong yang menunggu giliran di potong.

“Senyam-senyum saja daritadi. Ada apa nih? Menang lotere yah? Hah.. Hah..?” Tanyaku dengan mengangkat-angkat alisku.

“Beuh.. Berani bicara kalau aku menang lotere lagi. Memangnya ada tampang penjudi apa?”

“Tidak ada sih.”

“Untung aja kamu jujur Mal.”

“Tampang penjudi sih tidak kelihatan. Tapi tampang bandarnya kamu sekalee.” Ujar gue terkikik.

“Yeee.. Enak saja.. Ow.. Tidak bisa…”

“Kalau ngomong seperti itu malah jadi mirip ama sulbi”

“Sulbi? Siapa Sulbi?” Tanya Chika kebingungan.

“Sule wannabeiiii..”

“Lu tuh nggak kayak malaikat pada umumnya yah. Lu tuh gaul banget, sampai-sampai Sule saja kamu tahu. Aku jadi penasaran dengan duniamu? Apa ada tv kabel?”

“Itulah bedanya aku dengan malaikat lain. Aku nggak mau terlihat sama.”

“Idih… Gayamu Mal.”

“Kenapa gayaku?”

“Bikin aku mual.” Ujar Chika kemudian di akhiri dengan suara cekikikannya.

Hari ini aku lihat chika begitu lepas sampai-sampai kerongkongan sakit, mata sembab berair dan  badan jadi pegal-pegal.

“Kamu tahu tidak kenapa aku begitu senang hari ini?”

“Tahu.. Itu pasti karna ada aku kan sekarang.”

“Kok kamu tahu?”

“Tahu dong. Aku kan pembawa keriangan dan sumber kegembiraan.”

“Dasar malaikat narsis krisis kamu mal. Tapi bener juga sih. Berkat kamu aku jadi tambah menyelami arti sebuah kehidupan. Kehidupan tidak akan pernah berubah jika kita hanya pasrah padanya tanpa berbuat apa-apa. So.. Thanksfull sekali untukmu. Walau kamu tidak seperti malaikat pada umumnya dan walau tampangmu standar sekali.. Walau kamu…..”

“Terus.. Terus… Terus saja jelek-jelekin aku. Bagus.. Sangat bagus.”

“Begitu saja ngambek. Kapan naik jenjangnya kalau begitu.”

(Rules#02 : Setelah Menunaikan Tugasnya, Malaikat Harus Kembali Lagi Ke Dunia Malaikat).

 “Chika..ada satu hal yang perlu kamu ketahui,aku akan segera naik jenjang kalau permasalahanmu dapat terselesaikan.”

“Bagus sekali dong.”

“Iya sih. Tapi ketika aku sudah naik jenjang, aku tidak akan ada lagi disampingmu.”

“Bagus dong kalau memang seperti itu.”

“Oh.. Bagus yah. Iya sih, tidak ada lagi malaikat yang mengesalkan sepertiku. Tidak akan ada lagi malaikat yang iseng sepertiku. Tidak ada lagi……….”

Chika langsung memelukku walau aku belum menyelesaikan kata-kataku. Matanya terlihat berkaca-kaca seperti hendak menangis.

“Kalau begitu,aku tidak mau masalahku terpecahkan.”

Dengan perlahan-lahan aku melepaskan pelukan chika.

“Life must go on Chik. Masalah pasti datang silih berganti dalam hidup setiap manusi dan setiap sahabat/musuh juga akan datang dan pergi dalam hidupmu,termasuk aku.” Ujarku mendadak bijak.

“Tapi kamu kan bukan orang. Kamu adalah sahabat terbaik yang aku punya selama ini. Jika tidak ada kamu, aku tidak tahu apa aku bisa jadi seperti sekarang.”

“Aku mengerti dengan itu, tapi tugasku hanya sampai disini saja. Kamu harus berjanji untuk hidup lebih baik 
lagi dari sekarang dan jangan khawatir tentang aku. Ingatanmu tentangku akan kuhapus.”

“Aku tidak mau. Aku tidak mau kenangan tentangmu dihapus.”

“Itu harus dilakukan agar keberadaan kami para malaikat tetap menjadi sebuah rahasia.”

“Aku pasti akan menjaga rahasia, aku janji.”

***

Semenjak itu aku benar-benar pergi dari alam manusia dan kembali ke dimensi malaikat. Kehidupan Chika pun mungkin sudah berjalan dengan normal.Apalagi semua masalah beratnya sudah terselesaikan.

Akhirnya, Orangtua chika sudah mulai dapat berbaikan. Pekerjaan pun sudah didapatkan lagi oleh Chika. Sementara, untuk urusan percintaan, Chika mengaku akan menunggu seorang pria yang menerima dia apa adanya, bukan karna ada apanya.

Tak akan terhapus di ingatanku, bagaimana usahaku bersama dengan Chika untuk mengembalikan keakuran orangtuanya, sampai-sampai satu restoran hampir terbakar gara-gara Chika yang secara nggak sengaja menyenggol lilin-lilin ketika kami mengintip makan malam kedua orangtuanya. Kami yang merencanakan makan malam itu, kami ingin membangkitkan lagi kenangan indah orangtuanya.

Semua foto masa lalu orangtua Chika kami rangkai dalam sebuah album foto bertuliskan ‘Love Is never Die’. Simple namun ampuh. Setelah kami berdua sibuk memadamkan api, Chika keluar dan mendekat ke arah orangtuanya. Pemandangan yang mengharukan, akhirnya keluarga mereka bersatu lagi.

***
Berkat job ini, akhirnya aku bisa naik ke jenjang kedua dalam Dunia Malaikat. Namun baru satu minggu 
setelah aku menyelesaikan kerjaan kemarin, aku dapat kabar kalau Chika kecelakaan dan sedang kritis di Rumah Sakit. Aku pun bergegas menemui Raja Malaikat untuk meminta izin agar dapat bertemu dengan Chika.

“Raja.. Saya minta maaf jika telah mengganggu waktu Raja. Tapi.. Kali ini saya benar-benar ingin menemui Chika.”

“Kamu sudah membaca rules kontrak kamu bukan. Disitu sudah jelas tertulis, jika setelah malaikat pendamping menyelesaikan tugasnya, ia tak boleh lagi bertemu dengan clientnya. Dan kamu juga sudah menandatangani kesepakatan itu.”

(Rules#03 :Setelah Menyelesaikan Tugasnya, Malaikat Tidak Boleh Bertemu Lagi dengan Clientnya).

“Saya tidak tahu akan begini jadinya Raja. Tapi saya mohon untuk kali ini saja, tolong bukakanlah lorong dimensi menuju dunia manusia untuk kali ini saja. Saya ingin dapat bertemu dengan Chika untuk terakhir kalinya.”

“Di buku Takdir. Chika akan hanya bertahan hidup sampai matahari tenggelam saja. Jadi percuma saja kalau kamu menemuinya, karna 5 menit lagi matahari akan tenggelam.”

“Saya tidak keberatan Raja. Walau saya harus diturunkan lagi jabatannya menjadi Malaikat training ataupun nantinya jika saya mesti dilempar kedunia manusia, saya tidak perduli. Untuk kali ini saja, tolong izinkan saya ke dunia manusia lagi Raja.”

***

3 menit menuju ajal Chika akhirnya izin itupun kudapatkan. Ketika aku sampai ke Rumah Sakit, aku melihat kedua orangtua Chika sedang berada disamping Chika. Mereka sedang berdoa khusyuk mengharapkan mukjizat untuk putrinya. Saat itu juga aku menangis sejadi-jadinya. Aku pikir takdir untuk Chika sungguh sangat kejam. Baru saja ia bisa merasakan kasih sayang dari orangtuanya, baru saja ia bisa mulai bangkit dari keterpurukan dan baru saja ia mendapat kebahagiaan. Namun sekarang ini, semuanya akan segera lenyap. Memang tak ada yang abadi di dunia, namun takdir ini terlalu kejam untuknya.

Roh Chika mulai beranjak dari raganya, ia begitu terkejut ketika melihat kearahku. Aku beranjak mendekati dia dengan mata berkaca-kaca, namun ia malah tersenyum sangat manis padaku.

“Ini saatnya yah?” Tanyanya.

Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan pertanyaannya. Dari dirinya pun tak terlihat kesedihan tersirat dalam wajahnya. Chika hanya tersenyum tulus.

“Aku bukannya tidak bersedih harus meninggalkan dunia. Tapi aku sudah merasa sangat bahagia karna pada akhirnya aku bisa merasakan kasih sayang kedua orangtuaku dan yang terpenting aku bisa mengenalmu Mal. Kamu jangan sedih dengan kepergianku karna setiap manusia juga pasti akan mengalami ajalnya bukan? 

Mungkin di kehidupan berikutnya aku bisa lahir dalam keluarga yang menyayangiku dari saat lahir.”

Cahaya terang benderang terus memancar dari roh Chika dan kemudian menghilang.

Hari itu aku tidak bisa berkata sepatah katapun. Aku malah belajar banyak dari seorang Chika. Hari itu juga merupakan pertemuan terakhirku dengan Chika.
Life must go on.. Hidupku juga harus berjalan lagi dan aku tidak mau terlalu lama larut dalam kesedihan ini, karna kedepannya nanti aku juga akan menghadapi berbagai karakter dan sifat clientku lagi.

***

Kali ini aku mendapat tugas lagi namun jauh lebih cepat dari sebelumnya dan tugas ini langsung dari Raja Malaikat. Bangga juga rasanya ketika kerja kerasku pada akhirnya dihargain seorang Raja Malaikat.
Sedikit aneh juga tugas yang diberikan untukku kali ini, aku disuruh memandu malaikat baru untuk mengetahui seluk beluk dunia malaikat. Kenapa tugas ini diserahkan padaku? Sedikit tidak penting memang tapi aku akan berusaha sebaik-baiknya.

“Pagi.” Ujarku menyapa malaikat baru itu yang terlihat membelakangiku.

“Pagi.” Ia pun berbalik menghadapku.

Betapa terkejutnya aku ketika malaikat baru itu adalah sosok yang selama ini menemani hari-hariku. Malaikat baru itu adalah Chika. Kaget bercampur senang terasa campur aduk dalam hatiku. Bagaimana bisa ia jadi malaikat? Benar-benar membuatku pusing Sembilan keliling. Apakah ketulusannya itu membuat ia diangkat menjadi malaikat?

“Halo Mal..” Sapanya dengan kencang.

“Kamu.. Kenapa bisa jadi malaikat?”

“Mungkin karna disini tidak ada malaikat cantik, makanya aku direkrut kali.”

“Hmm.. Bagus sih kamu jadi malaikat.J adinya sekarang ada 2 malaikat gaul.” Ujarku terkikik.

“Aku akan jadi malaikat yang lebih hebat darimu Mal.”

“Ow.. Tidak bisa..”

“Jiah.. Sule wannebeii juga..”

“Sekarang kamu ikuti tutorialku tentang dimensi dunia malaikat ini.”

“Sip Boss.”

Mulai dari saat itu kebersamaanku dan Chika akan terus ada selamanya didunia malaikat yang kekal ini. Tapi aku harus lebih giat lagi nih jadi malaikat, gawat kalau sampai jenjangku ini dilampaui Chika. Mau di taruh di mana mukaku ini. Yang jelas bukan di Ayu Ting-Ting. Nanti malah dapat alamat nyasar lagi.

“Pokoknya aku pasti bisa melampauimu Mal.”

“Tidakkkkkkkkkkkkkk……..!!!!”

SELESAI

3 komentar:

  1. agustina said:
    awal'a dah bgs cma di tengah kurang ngena dikit lagi bob.... chayo...
    over all better than before...
    good^^

    BalasHapus
  2. huahahahha ada ada aja malaikat gak punya sayap :P

    BalasHapus
  3. Kan namanya malaikat training, btw, tukeran link di blog itu gimana sih caranya bro? Hehe

    BalasHapus